Seringkali saya merasa telah melakukan hal yang salah di mata orang lain. Tapi ketika saya menengok apa yang baru saja saya lakukan, tak ada celah dimana saya bisa menyalahkan diri saya sendiri. Mungkin peribahasa gajah di pelupuk mata tidak nampak, semut di seberang lautan nampak memang berlaku pada manusia egois seperti saya. Saya terlalu lemah untuk menyadari kesalahan diri sendiri. Tapi bukan itu yang ingin saya sampaikan.
Saya tidak suka dianggap salah. Bukan berarti saya selalu ingin dianggap benar. Terkadang saya hanya kesulitan menyampaikan maksud saya kepada kalian sehingga saya selalu dianggap salah. Padahal yang saya ingin sampaikan adalah sama dengan pemikiran kalian. Mungkin hanya cara saya yang keliru atau intonasi nada bicara saya yang terlalu bersemangat sehingga kalian menganggap saya terlalu memaksakan kehendak. Dan pada akhirnya kalian akan menghindari berbicara dengan saya. Itulah sebabnya, saya berusaha meminimalisir kesalahpahaman di antara kita.
Tapi perbedaan tidak pernah bisa dihindari, ataupun diminimalisir. Setiap kita berjalan dengan cara yang berbeda, seperti ada jurang yang berada di tengah-tengah kita. Jurang yang membelah jalan kita yang semula satu dan lurus menjadi dua bagian. Jurang itu membuat kalian tidak mau bergandengan dengan saya. Kalian lebih suka berjalan dengan orang yang berada di sisi jalan yang sama. Sedangkan saya, sendirian di sisi jalan yang lain. Berusaha mengulurkan tangan dan berharap kalian mau menggandeng saya juga. Akhirnya kita tetap bisa berjalan beriringan. Tapi bukan karena kalian yang menggandeng tangan saya, melainkan tangan saya yang mencengkeram lengan kalian agar jalan saya tidak berbelok.
Panjang jurang itu memang tidak panjang, tapi terasa menyakitkan jika saya melalui jalan pendek itu seorang diri.
Saya tidak suka dianggap salah. Bukan berarti saya selalu ingin dianggap benar. Terkadang saya hanya kesulitan menyampaikan maksud saya kepada kalian sehingga saya selalu dianggap salah. Padahal yang saya ingin sampaikan adalah sama dengan pemikiran kalian. Mungkin hanya cara saya yang keliru atau intonasi nada bicara saya yang terlalu bersemangat sehingga kalian menganggap saya terlalu memaksakan kehendak. Dan pada akhirnya kalian akan menghindari berbicara dengan saya. Itulah sebabnya, saya berusaha meminimalisir kesalahpahaman di antara kita.
Tapi perbedaan tidak pernah bisa dihindari, ataupun diminimalisir. Setiap kita berjalan dengan cara yang berbeda, seperti ada jurang yang berada di tengah-tengah kita. Jurang yang membelah jalan kita yang semula satu dan lurus menjadi dua bagian. Jurang itu membuat kalian tidak mau bergandengan dengan saya. Kalian lebih suka berjalan dengan orang yang berada di sisi jalan yang sama. Sedangkan saya, sendirian di sisi jalan yang lain. Berusaha mengulurkan tangan dan berharap kalian mau menggandeng saya juga. Akhirnya kita tetap bisa berjalan beriringan. Tapi bukan karena kalian yang menggandeng tangan saya, melainkan tangan saya yang mencengkeram lengan kalian agar jalan saya tidak berbelok.
Panjang jurang itu memang tidak panjang, tapi terasa menyakitkan jika saya melalui jalan pendek itu seorang diri.
0 comments:
Post a Comment