Subscribe:

Tuesday 1 October 2013

Menjadi Bagian dari Sejarah

Terkadang tulisan bisa jadi seindah pelangi, seromantis hujan gerimis, dan sebiru yang mengharu. Tapi tulisan juga bisa menjadi lidah yang lebih tajam dari pedang samurai.

Seorang teman saya terpaksa menandatangani surat pengunduran diri sebagai mahasiswa UDINUS (Universitas Dian Nuswantara) dari Rektor Universitas tersebut. Bukan karena dia seorang mahasiswa bandel yang sering bolos kuliah atau selalu mendapat nilai di bawah rata-rata, melainkan karena sebuah tulisan yang dia kirimkan ke situs WAWASANews. Tulisan yang berjudul "Banner Udinus Tipu Mahasiswa" itu lantas membuat namanya di panggil ke ruang Rektor. Tulisan lengkapnya dapat dibaca di sini.

Mungkin memang benar bahwa Mahasiswa semester 5 ini terkesan menghakimi dengan kata "Tipu" pada judul tulisannya. Lalu tentang apakah tulisannya berasal dari data yang akurat saya belum memastikan. Tapi tetap saja, saya berpikir bahwa Wahyu tidak seharusnya langsung dipaksa menandatangani surat pengunduran diri. Kalaupun

Sebenarnya tidak hanya satu tulisan itu yang membuat Wahyu menjadi bahan perbincangan dosen-dosen Universitas ternama di Semarang ini. Tulisan-tulisan lain yang dikirimkan di kompasiana dan blog pribadinya beberapa juga menuai kontroversi. Partisipan yang mendukung bilang bahwa dia terlalu kritis, sedangkan orang-orang yang menganggap tulisannya tidak objektif menilai Wahyu terlalu lebay.

Beberapa waktu lalu dia sempat curhat kepada saya melalui chatt di medsoc. Kemudian keesokan harinya saya menemui bahwa dia juga mengirimkan curhatannya di kompasiana. Saya tidak bisa me-link-kan curhatan Wahyu karena sepertinya dia sudah menghapus tulisannya yang dikirimkan ke kompasiana. Yang jelas semenjak hari itu, Wahyu banyak diperbincangkan dan dikenal oleh kawan-kawan persma saya yang sebelumnya tidak tahu menahu pada sosoknya. Bahkan dia juga sempat masuk tribunnews.com. Coba lihat ini jika ingin tahu beritanya.

Peristiwa pemaksaan pengunduran diri Wahyu ini memang bukan hal yang mengenakkan. Tapi dari sini kita bisa mulai belajar untuk berani menyuarakan apa yang seharusnya menjadi hak kita.Saya tidak berharap suatu saat akan dikeluarkan dari kampus. Saya hanya berharap bisa memplagiat keberanian bersuaranya.

Soe Hok Gie dikenal lewat tulisan
Pramoedya Ananta Tur dikenal lewat tulisan
Kartini juga dikenal lewat tulisan

Menulislah, maka kau tidak akan hilang dari sejarah