Lagu Indonesia Raya melantun bersama pengibaran bendera merah putih di layar bioskop. Semua orang di bilik kanan berdiri sambil menyanyikan lagu kebangsaan dengan khidmat. Saya, Aldhy, Alit, dan Fian hanya berdiri saja sambil mulutnya umik-umik.
Sebenarnya saya baru tahu tentang film ini semalam. Hasil dari membaca blog Penulis dan Sastra. Judulnya Soekarno. Film yang menceritakan sejarah masa penjajahan hingga kemerdekaan bangsa Indonesia dengan Soekarno sebagai tokoh utamanya ini berhasil mendorong saya untuk kembali membuka-buka buku sejarah.
Film ini tidak menceritakan detail kehidupan Soekarno. Tapi cukup memberikan gambaran bagaimana sosok Soekarno hingga sampai menjabat sebagai Bapak Negara Indonesia. Selain masalah politik dan perjuangan Bung Karno dalam meraih kemerdekaan, sebagian besar film ini menceritakan tentang kisah pertemuan Soekarno dan Ibu Fatmawati. Soekarno menikahi Fatmawati setelah bercerai dengan Inggit. Sebelumnya, ada satu adegan yang tidak saya suka dan menurut saya tidak cocok berada dalam diri Soekarno.
Pada awal pemutaran film, ada adegan Soekarno sedang berpacaran dengan seorang gadis Belanda. Kemudian Soekarno berencana untuk melamarnya. Namun lamaran itu ditolak oleh orang tua gadis karena pribumi seperti Soekarno dianggap tidak sederajat dengan orang Belanda. Pada akhirnya Soekarno kesal dan bertekad untuk memberontak terhadap penjajahan Belanda. Dari sini saya menangkap bahwa penyebab Soekarno menjadi promotor adalah karena cintanya tidak mendapat restu.
Terlepas dari adegan itu sesuai dengan fakta atau tidak, saya tetap mengagumi sosok Putra Sang Fajar. Bung Karno. Mulai Soekarno tidak lagi menjadi Bapak Negara Republik Indonesia, saya belum menemukan sosok pemimpin yang begitu kharismatik dan pemberani seperti beliau. Namanya melegenda, dikenal oleh seantero jagad. Bapak proklamasi yang penuh kontroversial ini berhasil membuat kita merdeka. Banyak yang mencintai, tapi banyak pula yang membenci. Sayang sekali film ini harus berakhir saat Soekarno-Hatta berhasil memproklamasikan kemerdekaan. Padahal saya penasaran sekali dengan cara Soekarno memimpin bangsa ini.
Selain itu saya juga ingin memperoleh gambaran tentang mengapa pertanggungjawaban Soekarno ditolak oleh MPR dan membuat beliau diasingkan di Istana Bogor. Pengganti Soekarno sebagai Presiden RI adalah Soeharto. Soeharto sangat intens dalam menjaga Soekarno. Intens dalam arti memperketat penjagaan dengan membatasi keluarganya untuk menjenguk Soekarno. Hingga Soekarno sakitpun Soeharto membatasi obat-obatan dan perawatan yang diperlukan oleh mantan Presiden pertama Indonesia ini.
Permintaan dari tim dokter Bung Karno untuk mendatangkan alat-alat kesehatan dari Cina pun dilarang oleh Presiden Soeharto. “Bahkan untuk sekadar menebus obat dan mengobati gigi yang sakit, harus seizin dia, ” demikian Rachmawati Soekarnoputeri pernah bercerita. (2009,kolom-biografi.blogspot.com)
Ada sebuah tulisan yang saya ambil dari blog Biografi tokoh Dunia. Pada biografi itu diceritakan detik-detik terakhir Sang Presiden. Simak tulisan di bawah ini.
Sebenarnya saya baru tahu tentang film ini semalam. Hasil dari membaca blog Penulis dan Sastra. Judulnya Soekarno. Film yang menceritakan sejarah masa penjajahan hingga kemerdekaan bangsa Indonesia dengan Soekarno sebagai tokoh utamanya ini berhasil mendorong saya untuk kembali membuka-buka buku sejarah.
Film ini tidak menceritakan detail kehidupan Soekarno. Tapi cukup memberikan gambaran bagaimana sosok Soekarno hingga sampai menjabat sebagai Bapak Negara Indonesia. Selain masalah politik dan perjuangan Bung Karno dalam meraih kemerdekaan, sebagian besar film ini menceritakan tentang kisah pertemuan Soekarno dan Ibu Fatmawati. Soekarno menikahi Fatmawati setelah bercerai dengan Inggit. Sebelumnya, ada satu adegan yang tidak saya suka dan menurut saya tidak cocok berada dalam diri Soekarno.
Pada awal pemutaran film, ada adegan Soekarno sedang berpacaran dengan seorang gadis Belanda. Kemudian Soekarno berencana untuk melamarnya. Namun lamaran itu ditolak oleh orang tua gadis karena pribumi seperti Soekarno dianggap tidak sederajat dengan orang Belanda. Pada akhirnya Soekarno kesal dan bertekad untuk memberontak terhadap penjajahan Belanda. Dari sini saya menangkap bahwa penyebab Soekarno menjadi promotor adalah karena cintanya tidak mendapat restu.
Terlepas dari adegan itu sesuai dengan fakta atau tidak, saya tetap mengagumi sosok Putra Sang Fajar. Bung Karno. Mulai Soekarno tidak lagi menjadi Bapak Negara Republik Indonesia, saya belum menemukan sosok pemimpin yang begitu kharismatik dan pemberani seperti beliau. Namanya melegenda, dikenal oleh seantero jagad. Bapak proklamasi yang penuh kontroversial ini berhasil membuat kita merdeka. Banyak yang mencintai, tapi banyak pula yang membenci. Sayang sekali film ini harus berakhir saat Soekarno-Hatta berhasil memproklamasikan kemerdekaan. Padahal saya penasaran sekali dengan cara Soekarno memimpin bangsa ini.
Selain itu saya juga ingin memperoleh gambaran tentang mengapa pertanggungjawaban Soekarno ditolak oleh MPR dan membuat beliau diasingkan di Istana Bogor. Pengganti Soekarno sebagai Presiden RI adalah Soeharto. Soeharto sangat intens dalam menjaga Soekarno. Intens dalam arti memperketat penjagaan dengan membatasi keluarganya untuk menjenguk Soekarno. Hingga Soekarno sakitpun Soeharto membatasi obat-obatan dan perawatan yang diperlukan oleh mantan Presiden pertama Indonesia ini.
Permintaan dari tim dokter Bung Karno untuk mendatangkan alat-alat kesehatan dari Cina pun dilarang oleh Presiden Soeharto. “Bahkan untuk sekadar menebus obat dan mengobati gigi yang sakit, harus seizin dia, ” demikian Rachmawati Soekarnoputeri pernah bercerita. (2009,kolom-biografi.blogspot.com)
Ada sebuah tulisan yang saya ambil dari blog Biografi tokoh Dunia. Pada biografi itu diceritakan detik-detik terakhir Sang Presiden. Simak tulisan di bawah ini.
- Jakarta, Selasa, 16 Juni 1970. Ruangan intensive care RSPAD Gatot Subroto dipenuhi tentara sejak pagi. Serdadu berseragam dan bersenjata lengkap bersiaga penuh di beberapa titik strategis rumah sakit tersebut. Tak kalah banyaknya, petugas keamanan berpakaian preman juga hilir mudik di koridor rumah sakit hingga pelataran parkir.
- Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus mengatakan, mantan Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari rumah tahanannya di Wisma Yaso yang hanya berjarak lima kilometer.
- Malam ini desas-desus itu terbukti. Di dalam ruang perawatan yang sangat sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden, Soekarno tergolek lemah di pembaringan. Sudah beberapa hari ini kesehatannya sangat mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang tidak dirawat secara semestinya kian menggerogoti kekuatan tubuhnya.
- Lelaki yang pernah amat jantan dan berwibawa, dan sebab itu banyak digila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai sesosok mayat hidup. Tiada lagi wajah gantengnya. Kini wajah yang dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racun telah menyebar ke mana-mana. Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan permukaan bulan. Mulutnya yang dahulu mampu menyihir jutaan massa dengan pidato-pidatonya yang sangat memukau, kini hanya terkatup rapat dan kering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar. Menahan sakit. Kedua tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini tergolek lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.
- Sang Putera Fajar tinggal menunggu waktu
- Dua hari kemudian, Megawati, anak sulungnya dari Fatmawati diizinkan tentara untuk mengunjungi ayahnya. Menyaksikan ayahnya yang tergolek lemah dan tidak mampu membuka matanya, kedua mata Mega menitikkan airmata. Bibirnya secara perlahan didekatkan ke telinga manusia yang paling dicintainya ini.
- “Pak, Pak, ini Ega…”
- Senyap.
- Ayahnya tak bergerak. Kedua matanya juga tidak membuka. Namun kedua bibir Soekarno yang telah pecah-pecah bergerak-gerak kecil, gemetar, seolah ingin mengatakan sesuatu pada puteri sulungnya itu. Soekarno tampak mengetahui kehadiran Megawati. Tapi dia tidak mampu membuka matanya. Tangan kanannya bergetar seolah ingin menuliskan sesuatu untuk puteri sulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah untuk sekadar menulis. Tangannya kembali terkulai. Soekarno terdiam lagi.
- Melihat kenyataan itu, perasaan Megawati amat terpukul. Air matanya yang sedari tadi ditahan kini menitik jatuh. Kian deras. Perempuan muda itu menutupi hidungnya dengan sapu tangan. Tak kuat menerima kenyataan, Megawati menjauh dan limbung. Mega segera dipapah keluar.
- Jarum jam terus bergerak. Di luar kamar, sepasukan tentara terus berjaga lengkap dengan senjata.
- Malam harinya ketahanan tubuh seorang Soekarno ambrol. Dia coma. Antara hidup dan mati. Tim dokter segera memberikan bantuan seperlunya.
- Keesokan hari, mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan mengunjungi kolega lamanya ini. Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri pembaringan Soekarno dengan sangat hati-hati. Dengan segenap kekuatan yang berhasil dihimpunnya, Soekarno berhasil membuka matanya. Menahan rasa sakit yang tak terperi, Soekarno berkata lemah.
- “Hatta.., kau di sini..?”
- Yang disapa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Namun Hatta tidak mau kawannya ini mengetahui jika dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga memendam kepedihan yang mencabik hati, Hatta berusaha menjawab Soekarno dengan wajar. Sedikit tersenyum menghibur.
- “Ya, bagaimana keadaanmu, No ?”
- Hatta menyapanya dengan sebutan yang digunakannya di masa lalu. Tangannya memegang lembut tangan Soekarno. Panasnya menjalari jemarinya. Dia ingin memberikan kekuatan pada orang yang sangat dihormatinya ini.
- Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya dengan bahasa Belanda. Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan ketika mereka masih bersatu dalam Dwi Tunggal. “Hoe gaat het met jou…?” Bagaimana keadaanmu?
- Hatta memaksakan diri tersenyum. Tangannya masih memegang lengan Soekarno.
- Soekarno kemudian terisak bagai anak kecil. Lelaki perkasa itu menangis di depan kawan seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan mainan. Hatta tidak lagi mampu mengendalikan perasaannya. Pertahanannya bobol. Airmatanya juga tumpah. Hatta ikut menangis.
- Kedua teman lama yang sempat berpisah itu saling berpegangan tangan seolah takut berpisah. Hatta tahu, waktu yang tersedia bagi orang yang sangat dikaguminya ini tidak akan lama lagi. Dan Hatta juga tahu, betapa kejamnya siksaan tanpa pukulan yang dialami sahabatnya ini. Sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang tidak punya nurani.
- “No…” Hanya itu yang bisa terucap dari bibirnya. Hatta tidak mampu mengucapkan lebih. Bibirnya bergetar menahan kesedihan sekaligus kekecewaannya. Bahunya terguncang-guncang.
- Jauh di lubuk hatinya, Hatta sangat marah pada penguasa baru yang sampai hati menyiksa bapak bangsa ini. Walau prinsip politik antara dirinya dengan Soekarno tidak bersesuaian, namun hal itu sama sekali tidak merusak persabatannya yang demikian erat dan tulus.
- Hatta masih memegang lengan Soekarno ketika kawannya ini kembali memejamkan matanya.
- Jarum jam terus bergerak. Merambati angka demi angka. Sisa waktu bagi Soekarno kian tipis.
- Sehari setelah pertemuan dengan Hatta, kondisi Soekarno yang sudah buruk, terus merosot. Putera Sang Fajar itu tidak mampu lagi membuka kedua matanya. Suhu badannya terus meninggi. Soekarno kini menggigil. Peluh membasahi bantal dan piyamanya. Malamnya Dewi Soekarno dan puterinya yang masih berusia tiga tahun, Karina, hadir di rumah sakit. Soekarno belum pernah sekali pun melihat anaknya.
- Minggu pagi, 21 Juni 1970. Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter kepresidenan seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua orang paramedis, Dokter Mardjono memeriksa kondisi pasien istimewanya ini. Sebagai seorang dokter yang telah berpengalaman, Mardjono tahu waktunya tidak akan lama lagi.
- Dengan sangat hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi Soekarno. Dengan sisa kekuatan yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangan kanannya, memegang lengan dokternya. Mardjono merasakan panas yang demikian tinggi dari tangan yang amat lemah ini. Tiba-tiba tangan yang panas itu terkulai. Detik itu juga Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya. Kedua matanya tidak pernah mampu lagi untuk membuka. Tubuhnya tergolek tak bergerak lagi. Kini untuk selamanya.
- Situasi di sekitar ruangan sangat sepi. Udara sesaat terasa berhenti mengalir. Suara burung yang biasa berkicau tiada terdengar. Kehampaan sepersekian detik yang begitu mencekam. Sekaligus menyedihkan.
- Dunia melepas salah seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi. Banyak orang menyayanginya, tapi banyak pula yang membencinya. Namun semua sepakat, Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa. Yang belum tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad. Manusia itu kini telah tiada.
- Dokter Mardjono segera memanggil seluruh rekannya, sesama tim dokter kepresidenan. Tak lama kemudian mereka mengeluarkan pernyataan resmi: Soekarno telah meninggal.
Soekarno. Seorang luar biasa yang mencita-citakan kemerdekaan Indonesia. Dibuang dan dihancurkan pemimpin-pemimpin tamak yang haus kekuasaan. Penjajah bukan apa-apa bagi Soekarno, tapi bangsanya adalah lawan yang tidak ingin dilawan.
Bung Karno mati tanpa melawan.
Bung Karno mati tanpa melawan.
Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri. -Soekarno-
0 comments:
Post a Comment