Subscribe:

Friday 31 May 2013

[Dulu] Suka Membaca Buku



Kemarin sore saya pergi ngopi bersama Erin di Kafe Macapat. Suasana Kafe sepi, hanya ada tiga pengunjung yang ada di situ ketika saya datang. Pelayannya pun tidak tampak, sehingga saya kebingungan ketika ingin memesan makanan. Akhirnya saya sms Mas Yudha, teman saya yang bekerja di situ agar menemui saya. Tetapi tidak ada balasan. Saya dan Erin duduk di bilik paling ujung yang dekat dengan meja kasir. Ada kentungan menggantung di tiang bilik tersebut. Oh… iya, saya ingat. Biasanya kalau mau memesan kita harus memukul kentungan itu untuk memanggil pelayan. Benar saja, setelah saya mengetuk-ngetuk kentungan itu Mas Cetar datang menuju bilik kami.

Saya dan Erin tidak memesan kopi seperti niatannya, melainkan memesan roti sandwhich dan 2 minuman coklat yang saya lupa namanya. Di Kafe ini tidak ada makanan berat yang bisa membuat saya kenyang. “Saya” lo ya.. Sepertinya Erin juga memiliki porsi makan yang sama besar dengan saya. Sehingga kami memutuskan untuk pesan “mie ayam tombo luwe” yang ada di samping kafe.

Sementara Erin memesan mie ayam, saya berjalan ke arah rak buku di pojok kafe. Di situ terdapat beberapa buku yang boleh dipinjam tetapi tidak boleh dibawa pulang alias harus baca di tempat. Saya mengambil novel yang bejudul 2 karya Dhoni Dhirgantara. Saya kembali ke bilik dan mulai memakan isi novel tersebut. Aroma kertas lapuk menyerbak ketika saya membuka halaman demi halaman buku. Saya mendekatkan hidung saya dengan novel bersampul merah itu. Ah, wangi yang saya suka.. Wangi kertas dengan barisan kata yang membius.

Saya jadi rindu dengan hobi saya yang sudah hampir tidak pernah saya lakukan lagi. Beberapa buku yang saya beli dan pinjam tidak tersentuh. Entah kenapa saya sekarang hanya suka mengoleksinya tanpa pernah berniat untuk membukanya. Padahal saya dulu paling tidak mau berhenti membaca jika belum mengkhatamkan sebuah buku.

Saking candunya saya pada membaca, saya jadi sering lupa waktu. Sampai pernah suatu hari saya di omeli ibu karena selama tiga hari kerjaan saya di rumah hanya membaca novel Harry Potter, bukan belajar. Di sekolah pun yang saya bawa bukan buku pelajaran, tapi novel-novel yang saya suka. Saya membacanya ketika jam istirahat dan saat ada jam pelajaran yang kosong.

Saat di kafe itu saya benar-benar merasakan rindu untuk membaca. Pengetahuan saya sekarang sudah jauh tertinggal. Saya jadi tidak merasa keren karena miskin wawasan. Apalagi teman-teman baru saya saat ini adalah orang-orang yang suka menjelajah dunia lewat buku. Jendela dunia yang satu itu memang fantastis. Saya bisa tahu nama-nama spesies dari kingdom plantae dari sebuah buku pelajaran Biologi. Saya bisa tahu rumus mencari kecepatan dari sebuah benda yang bergerak dari sebuah buku Fisika. Saya bisa tahu sejarah kerajaan-kerajaan di seluruh dunia hanya dari sebuah buku Sejarah. Saya bisa tahu macam-macam musik dan tari dari buku Kesenian. Saya juga tahu tata cara menulis yang baik dari sebuah buku Bahasa Indonesia. Tidak perlu melakukan perjalanan ataupun penelitian untuk mendapatkan informasi sebanyak itu. Cukup duduk (berdiri juga boleh), diam, dan membaca. Dimanapun, kapanpun. Hebat ya?????

Dalam hati saya bersyukur kepada orang-orang yang telah membuat jendela-jendela dunia itu. Apa jadinya kalau tidak ada yang menuliskan asal-usul rumus E=mc2 milik Einstein? Apa jadinya kalau James Whatt merahasiakan temuannya tentang bola lampu yang berpijar? Gelap donk...... Masak iya saya harus masang lilin tiap malem?-,-

Waktu saya gemar membaca dulu, saya masih dalam usia belia dan gaptek. Saya sama sekali tidak mengenal internet dan segala tetek bengek di dalamnya. Pengetahuan yang saya dapat hanya terbatas dari buku, majalah bobo langganan saya, dan koran harian langganan mbah kung. Khusus untuk koran, saya tidak membaca setiap hari. Saya hanya membaca koran pada hari Sabtu dan Minggu ketika ada rubrik ramalan bintang dan gambar humor karikaturnya.
Saat ini akses untuk membaca memang tidak sulit. Saya bisa membaca sebuah isi buku dalam bentuk PDF di komputer. Saya bisa mencari nama-nama latin dari spesies Harimau tanpa perlu membuka buku Ensiklopedia. Cukup ketik keyword di "mbah google", kemudian anda akan mendapatkan informasi yang diinginkan. Saya juga bisa mendownload e-book novel Harry Potter dari internet. Teknologi sudah semakin canggih. Buku sudah bukan lagi menjadi pelarian utama ketika seseorang ingin mendapatkan informasi.

Tapi buku masih tetap menjadi favorit saya. Saya tidak puas kalau tidak membaca dari sebuah buku. Saya menyukai aroma kertasnya, apalagi yang sudah lapuk. Semakin tua buku semakin saya cinta. Membaca hingga tertidur dan ketika bangun mendapatkan kasur saya dipenuhi buku adalah suatu hal yang biasa. Itu dulu.

Minggu [tak] tenang sudah hampir usai. Sebentar lagi saya akan bertempur dengan naskah soal Ujian Akhir Semester. Tidak sabar rasanya. Tidak sabar untuk cepat-cepat liburan. Hahaha
Tidak sabar untuk segera bercumbu dengan kertas-kertas lapuk yang sudah lama ditinggalkan, tapi tidak dilupakan. Tidak sabar untuk segera bertemu dengan nama-nama orang yang membuat saya tahu mengapa bintang bersinar.[]

Tuesday 28 May 2013

Aku Tidak Ingin

Aku tidak ingin engkau menjadi mendung, lalu menghilang bersama hujan. Tapi aku memang pengecut. Aku takut menggoreskan pisau pahat untuk membuat ukiran dirimu. 
Mungkin akan ada senyum yang tersungging bahkan ketika aku hanya memahat namamu. Terlebih lagi jika engkau melakukan hal yang sama.
Lalu mungkin pisau itu nanti akan mengenaiku, dan membuat jariku berdarah-darah.
 Salah siapa aku begitu mudah mencinta, tapi juga mudah terluka?
Aku tidak  ingin engkau menjadi mendung, lalu menghilang bersama hujan

gak mutu

Maaf, blog ini sepi.
Garing.
Gak mutu.
Karena yang punya lagi sibuk menjadi diri sendiri.

Wednesday 15 May 2013

Aku Pulang Malam Itu



Malam itu aku pulang, kembali ke pangkuan ibunda tersayang.
Ibu.. Bukan angin yang mengantarku, tapi ini memang kehendakku.
Senyum Ibu redup, melihat wajahku tertelungkup.
Sayup-sayup suara Ibu, ada khawatir di setiap getaran.
Apatah yang harus kuucap untuk menentramkanmu, Ibu?
Gadis kecilmu ini sudah tumbuh tidak sesuai harapan.
Barangkali Ibu sudah tidak bisa mengenaliku.
Barangkali aku sudah lupa siapa aku.
Aku bukan lagi si gadis kecil pengadu, Bu.
Aku mempunyai kuburan untuk seluruh rahasiaku.
Aku bukan lagi si gadis yang suka merengek.
Jika maunya tak dituruti.
Aku hanya masih anakmu yang cengeng.
Jangan sedih, Ibu..
Aku kurus bukan karenamu.
Tak usahlah Ibu tambahi uang saku.
Aku akan minta pada kehidupan yang telah menggerogoti daging dalam kulitku.


Pada sebuah malam yang penuh rindu,
Selasa, 14 Mei 2013  22:23 

Thursday 9 May 2013

Kehilangan HP



Pada tanggal 8 Mei (Selasa) lalu saya kehilangan HP. Saat itu terjadi setelah kuliah saya selesai pukul 14.10. Seingat saya, waktu itu si Samsung galaxy young duos masih ada di tangan dan lalu saya masukkan ke dalam tas. Saya keluar ruangan dan bergegas ke tempat parkir untuk mengambil motor bersama erin. Rencananya saya akan mengantar erin ke Bank BCA berjalan, kemudian fotokopi soal-soal untuk anak-anak les yang saya ajar, dan langsung menuju LBB tempat saya mengajar untuk menyerahkan naskah soal.

Hari itu mobil Bank BCA markir di depan DPR. Saya hanya menunggu di atas motor ketika Erin masuk ke dalam mobil Bank BCA. Saya tidak mengeluarkan HP dari dalam tas. Setelah Erin selesai bertransaksi, kami berdua lantas menuju ke tempat fotokopi Amore. Di tempat fotokopi saya hanya mengeluarkan flasdisk dan dompet. Dari tempat fotokopi, kami bertolak ke LBB (Lembaga Bimbingan Belajar) Ananda 2 di Jalan PB Sudirman. Di LBB, saya hanya menyerahkan soal kepada Bu Luki dan langsung pulang. Pada saat itu saya ingin melihat jam pada HP saya. Saya mencari HP saya di dalam tas. Tapi tidak ada. Di saku? Tidak ada juga. Saya bertanya kepada Erin apakah dia membawa HP saya, dia menjawab, “Nggak May”.

Dengan menggunakan HPnya Erin, saya langsung menelepon Cepi yang pada saat itu masih ada di dalam Gedung Matematika. Saya memintanya untuk melihat apakah HP saya tertinggal di dalam kelas. Ternyata tidak ada juga. Saya dan Erin memutuskan untuk kembali ke tempat fotokopi, barangkali HP saya tertinggal di sana. Saya bertanya kepada mas-mas yang tadi melayani saya apakah ada HP yang tertinggal.”HP? Nggak ada tuh Mbak”, mas-mas itu garuk-garuk kepala.

Akhirnya saya dan Erin kembali ke Gedung Matematika. Saya mencari ke kelas-kelas dan bertanya kepada teman-teman tentang HP saya. Tapi tidak seorang pun tau. Teman-teman mengira kalau saya sedang berulang tahun dan ada seseorang yang mengerjai saya. Saya juga berpikiran ada seseorang yang mengerjai saya walaupun saya tidak sedang berulang tahun. Seperti kejadian saat responsi praktikum Geometri Rancang Bangun jumat lalu. Erin dan Olip bersekongkol menyembunyikan HP saya.

Saya masih tidak percaya HP saya hilang. Saya, Cepi, Mbak Tutut, dan Marsha menelusuri jalanan yang tadi saya lewati. Mungkin saja HP saya jatuh di jalan. Hasilnya nihil. Kami berempat kembali dengan tangan kosong. Berulang kali saya menelepon HP yang baru saja saya belikan baju itu, tapi tidak ada jawaban. Tidak diangkat. Sampai pukul 16.00, akhirnya HP saya tidak aktif.

Ah.. siapa sih ini yang mengerjai saya? Kesal sekali rasanya. Tapi saya tidak sampai nangis walaupun Marsha bilang muka saya pucat sekali. Saya putuskan untuk menunggu hingga esok hari. Saya meminta tolong kepada Pak Sabar untuk menyimpan HP saya kalau menemukannya. Saya juga bilang sama Alit kalau HP saya belum ketemu. Bukannya dihibur, saya malah digoblok-goblokin. :( 

Pikiran saya kalut. Saya tidak bisa berkonsentrasi saat ngelesi malam harinya. Saya masih tidak percaya kalau HP saya hilang. Saya yakin sekali ada seseorang yang sengaja mengerjai saya. Tapi sepertinya tidak ada, karena keesokan harinya semua teman-teman saya heboh mencarikan HP saya. Sepertinya memang tidak ada yang sengaja brrmain-main dengan saya. Akhirnya saya hanya bisa pasrah dan berusaha mengikhlaskan. Mungkin HP itu sudah bukan rejeki saya lagi, dan harus dihibahkan ke orang lain.

Saya sudah tidak terlalu memikirkannya lagi sampai Cepi menyarankan saya untuk bertanya kepada orang pintar. Tapi saya tidak punya kenalan orang pintar yang bisa membantu menemukan HP saya. Akhirnya Endis membantu saya dengan menelepon seorang pintar yang dikenalnya. Saya terkejut sekali ketika orang tersebut mengatakan bahwa yang mengambil HP saya adalah teman sekelas yang pernah bermasalah dengan saya. Dia bukan satu-satunya yang mengetahui keberadaan HP saya. Teman-temannya juga tau bahwa dia mengambil HP saya. Tapi mereka diam.

Saya terpukul sekali. Baru saat itu rasanya saya ingin menangis. Bukan karena HP saya yang diambil, tapi karena ada orang yang melakukan itu terhadap saya. Saya mencoba mengingat orang-orang yang pernah saya sakiti. Banyak. Tapi siapa? Tidak ada seseorang yang saya benci di kelas itu. Saya merasa tidak punya musuh. Walaupun terkadang saya suka bercanda hingga melewati batas, tapi tidak pernah ada yang mengungkapkan kebenciannya terhadap saya. Belum. Sepertinya selama ini saya terlalu cuek, hingga tidak sadar saya sudah melukai seseorang sedemikian dalam.

Ketika saya bercerita kepada Alit, dia malah memarahi saya, “Percuma kamu solat, kalo percaya sama dukun !”. “Emang dukun itu pasti bener ta? Kamu lebih percaya Allah apa dukun?” lalu dia ngomel panjang lebar. Saya hanya diam mendengarkan dia menceramahi saya. Saya tau dia benar.

Ini memang kesalahan saya. Saya yang teledor dan suka sembarangan meletakkan barang-barang saya. Bahkan saya tidak ingat apakah waktu itu HP saya sudah aman di dalam tas atau belum. Perasaan kalut ini juga karena saya mempercayai ucapan seseorang yang katanya pintar itu. Saya merasa bersalah karena lebih mempercayai dukun daripada Tuhan. Hingga akhirnya saya mencurigai salah seorang teman saya.

Andaikan dukun itu memang benar, mungkin ini adalah pelajaran bagi saya. Kejadian ini menjadi lecutan untuk saya agar lebih rendah hati. Lebih berhati-hati dan tidak berlaku sombong. Saya yang selama ini cuek dan tidak peka dengan perasaan orang lain harus lebih belajar tentang memahami dan menghargai. Tuhan yang menciptakan kita berbeda-beda, seharusnya saya menyadari bahwa kecil bagi saya bisa menjadi besar bagi orang lain. Selama ini saya terlalu congkak untuk melihat dan memperhatikan.

Untuk saat ini, saya tidak akan melakukan apa-apa. Saya tidak akan mencari tahu siapa yang mengambil HP saya. Saya takut kalau saya nanti akan membencinya. Saya hanya akan berdoa untuknya. Kalau yang mengambil adalah orang asing, saya doakan HP itu akan menjadi berkah untuknya. Saya anggap itu adalah rejeki untuknya yang diberikan Tuhan melalui saya. Tapi kalau memang benar teman saya yang mengambilnya, saya berdoa semoga Tuhan membukakan pintu hatinya untuk memaafkan saya.

Monday 6 May 2013

Ucapan Terima Kasih



Tulisan ini saya tujukan untuk segenap manusia yang mengikuti PJTD (Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar) Angkatan VIII LPMM ALPHA tanggal 3-5 Mei 2013 lalu.

Ini adalah ungkapan terima kasih saya yang tak terkira. Saya merasa bangga dan bahagia memiliki kawan-kawan yang rela meluangkan waktunya untuk ALPHA.

Untuk peserta magang, terima kasih sudah mau bersabar dan tabah di dalam ruangan tak berkasur, makanan tak berdaging, dan air yang tak jernih. Terima kasih sudah rela berdesak-desak di atas Chevrolet, rela berpanas-panasan di atas gunung kapur, dan rela tidak tidur semalaman demi terbitnya sebuah bulletin. Saya sangat salut sekali kepada anggota angkatan VIII ini. Dalam 1 hari 1 malam bisa menyelesaikan sebuah bulletin. Hal yang belum pernah terjadi dalam sejarah ALPHA. Walaupun masih banyak yang harus diperbaiki, tapi tekad dan niat kalian patut diacungi seluruh jempol saya. Untuk Suro, Kiki (cowok), Jejen, Umbrela, Fentilasi, Qoqon, iim, anita, wafer, devita, ifa, vivta, icil, ika, firda, silvi, mirza, dan uyunk, kalian memang keren sekali. Sampai detik ini saya masih shock dengan kemampuan kalian yang luar biasa itu. Hahaha, lebay ya? Nggak kok. Saya memang beneran kagum. :)

Walaupun sangat sayang sekali Kiki (cewek), Ela, Indar, Citra, Lely, Fajar, Farin tidak bisa merasakan indahnya kebersamaan ini. Saya harap cerita kita kemarin sore tidak lantas pergi seperti angin yang menerpa wajah kita di atas Chevrolet. Tapi merasuk dan membekas seperti endapan air sadah dalam perut. Biarlah racun karena tidak tidur semalaman membuat solid kita semakin kuat, dan lebih bersemangat membuat coretan-coretan hebat.

Untuk kawan-kawan dari manca LPM, terima kasih sudah datang dan menambah keceriaan kami. Terima kasih untuk bantuan dan ilmu yang kalian bagi dengan cuma-cuma. Saya rasa kesuksesan kami tidak akan semeriah ini tanpa hadirnya sadam yang konyol, mas cetar yang membahana, mas ulil yang ganteng, mas diki yang kece, dani yang genit, lemper yang usil, sarip yang unyuk, fahmi yang punya kamera bagus, diana yang imut, nurul yang cantik, dan mila yang manis. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih untuk kawan-kawan yang sudah menjenguk pada malam minggu. Untuk elya, mbak kiki, mbak umi, arum, dwi, joko, mas yuda, dan yang lain juga (maaf, saya nggak hafal. Hhe), terima kasih sudah menambah kehangatan untuk keluarga kami. :)

Terakhir adalah untuk kawan-kawan panitia yang sudah bekerja dengan luar biasa. Walaupun kuantitas kita sedikit dan tambah menipis seiring berjalannya waktu, ditambah perekonomian kita yang defisit, tapi akhirnya kita bisa menyelesaikan tugas Negara ini (kelewat lebay). :’)
PJTD ini memang yang paling lama dan yang paling susah. Penentuan tanggal yang mempertimbangkan seluruh peserta bisa ikut semua adalah yang tersulit. Mengingat kesibukan personal yang berbeda-beda. Pada akhirnya memilih tanggal 3-5 Mei yang kita rasa memiliki peluang banyak yang akan bisa hadir.

Saya masih ingat bagaimana raut muka Yudis ketika kembali dari fakultas untuk menyerahkan proposal dan surat izin PJTD kepada Bu Nurul. Bukan sekali dua kali dia berangkat ke fakultas, tapi berkali-kali, karena revisi terus-menerus. Akhirnya sekretaris Rima harus berulang kali merubah proposal dan surat-suratnya.Tapi Yudis ini masih gigih dan terus berharap lho walaupun sering di PHP-in sama pihak rektorat masalah dana. Tidak mengapa walau pada akhirnya dana tidak mengucur kepada kita.

Wajah Ina yang hampir menangis juga masih saya ingat dengan jelas. Saat itu dia bersama Ahmil, Wasil, dan Laily akan berangkat survey tempat yang berlokasi di Puger. Tapi surat izin reportase belum dibuat oleh Cepi, alasannya karena dia (Cepi) belum diberi tahu masalah pembuatan surat tersebut. Alhasil Ina marah-marah dan hampir menangis (saya melihatnya begitu).
Acara yang belum terkonsep dengan jelas membuat si Titit alias Tutut kelimpungan. Bersama Erin, Hadi, Ayla, Laily, mas Jaka, mbak Fai dan mas Budi yang membantu akhirnya Tutut kehilangan suara setelah acara selesai. hhe

Masalahnya tidak sampai di situ, ALPHA kami yang miskin juga masih miskin sampai saat itu. Saya baru tau kalau saldo acara kami minus ketika Ina menceritakan kepada saya. Saat itu saya sedang mencuci tangan bersama Ina sehabis makan siang. Ina bercerita bahwa kita sudah tidak punya uang lagi untuk membeli makan malam dan sarapan keesokan harinya. Lalu saya bilang bahwa saya mau ikut urunan untuk nomblongi kekurangan itu. Kemudian Ina berkata,“Iyo may, aku percoyo karo awakmu”.
Uuh….. so swiiiiiiit . love you naaaaa’ :D

Terlebih lagi untuk ketupat kita yang paling seksi, Ayla. Saya juga salut sama cewek yang satu ini. Meskipun sempat putus asa, dan sakit-sakitan, tapi dia satu-satunya anggota ALPHA dari angkatan VII yang bertahan hingga detik ini. Terima kasih untuk kontribusi tanpa pamrihnya . Kamu ketupat yang hebat ay.. :)
Laily, juga keren. Dia ikut-ikutan nglembur bareng peserta dan nggak tidur untuk mendampingi mereka. Apalagi mbak PU, Erin. Sepertinya berkat seorang yang supel seperti dia ALPHA jadi semakin ramai. Nggak sepi pengunjung kayak dulu.hehe

Tidak hanya Ayla, Erin, dan Laily kok yang hebat. Masih ada mas Budi dan mbak Fai yang terus memberi dukungan walaupun sudah demisioner. Mas Avan juga menyempatkan datang di tengah kegiatannya yang super sibuk. Pak Presbem, viki juga datang bersama bang sus. Bu Nurul selaku dekan III alhamdulillah bisa menjenguk walau hanya sebentar. Terima kasih ya bu.. Sebuah kehormatan untuk ALPHA karena ternyata masih banyak yang memberi perhatian.

Selesai sudah semua masalah-masalah itu. Entah akan menjadi apa PJTD lapang angkatan VIII itu tanpa adanya mereka. Kuantitas memang kecil, tapi lihatlah kualitasnya. Mereka loyal sekali demi acara ini, demi ALPHA. Sampai ada yang bela-belain bolos kuliah. Hhe
Kepada panitia yang tidak ikut pada saat hari-H, saya mengucapkan banyak-banyak terima kasih. Panitia-panitia di balik layar. Sayang sekali Tifani, Dini, Bang Dimas, Budi, Anggia, Eka, Rima, dan Jefri tidak bisa hadir di tengah kebersamaan kita.

Saya memang bukan ketupat, PU, atau seorang yang penting di dalamnya sehingga merasa berkewajiban untuk mengucapkan terima kasih. Saya juga tidak banyak melakukan apa-apa pada saat acara. Saya hanya tukang foto, tukang makan, dan tukang tidur. Tapi saya berterima kasih karena tidak ada yang protes dengan kehadiran saya. :)

Mohon maaf bila ada nama-nama yang belum saya cantumkan pada catatan di atas. Yang pasti ucapan terima kasih ini berlaku untuk semua yang mendukung dengan tindakan, doa, dan tawa :)

Mari Berproses
Salam Persma !