Subscribe:

Monday 24 February 2014

My Supermate

Bermula dari ketika aku membuka twitter pada suatu sore yang gerimis. Ada sebuah mention darimu. Isinya begini "Met @pus_maya kangen tingkat nasional!" 
Mention tersebut dikirim oleh seorang sahabat kecil yang bernama Dewi Mandasari. Teman kecilku yang sekarang sudah jadi besar sejak SMA. Teman-teman biasa memanggilmu Dewi atau De saja. Sebagian memanggilmu dengan Manda. Aku memanggilmu Memet.

Aku juga merindukanmu Met.. Tingkat Internasional malah.. :)

Nama Memet berasal dari kata Supermate. Aku sendiri lupa kapan tepatnya mulai memanggilmu Memet dan sebaliknya, kamu juga memanggilku Memet. Memang sih, lebih bagus nama Maya daripada Memet. Tapi aku tidak suka ketika kamu memanggilku dengan "May" seperti bagaimana kawan-kawan lain memanggilku. Dan sepertinya Dewi, eh Memet, juga merasakan hal yang sama. Kamu suka risih ketika aku memanggilmu dengan "Dew".

Aku ingat bagaimana awal pertemuan kita. Saat itu kita sedang mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS). Kita berada di kelas yang sama, X7. Aku hanya berkenalan sepintas denganmu, tidak bicara banyak. Kesan pertamaku si Memet ini adalah anak yang tomboy dan hyperactiv. Kemudian saat hari kedua itu, kita pergi ke mushola bersama untuk solat dhuhur. Di situlah aku mulai banyak bercerita. Kamu ingat Met? Aku bercerita bagaimana aku bisa keracunan makanan saat hari pertama MOS.

Memang tidak ada yang istimewa dengan masa awal perjumpaan kita, Met. Tapi ketahuilah bahwa diam-diam aku bersyukur saat itu kita bisa berada dalam kelas yang sama, sehingga aku bisa bertemu denganmu. Dan akhirnya kita bisa membuat cerita-cerita istimewa pada tahun-tahun selanjutnya. :)

Sekali lagi aku ingin bilang, aku kangen sekali Met..
Aku kangen curhat-curhatan sama kamu. Aku kangen hujan-hujanan sama kamu. Aku kangen main gelembung sabun sore-sore di sekolah. Aku kangen menjemputmu untuk berangkat les. Aku kangen kabur dari rumah dan tidur di kamar kosmu yang terletak di depan SMA. Aku kangen Kumolo Nimbus yang selalu kita cari di langit biru. Aku kangen dengan semua yang pernah kita lakukan, Met..
Memet n Memet abis hujan-hujanan sore-sore di sekolah
Hari ini aku iseng buka-buka akun facebookmu. Aku melihat foto-fotomu bersama kawan-kawan barumu. Rupanya kamu sudah berani pergi ke tempat-tempat yang jauh ya? hehe. Aku juga Met. Aku juga pernah naik bus sendirian ke tempat yang jauh, menjelajah hutan, dan naik turun gunung bersama kawan-kawan baruku. Aku sudah berani pergi ke belahan bumi lain yang pemandangannya seperti lukisan yang pernah kita buat bersama dulu.

Saat kita bersama, memang sedikit tempat yang sempat kita singgahi. Bukan tempat yang tepat untuk melihat sunset atau tempat yang sejuknya membuat gemigil. Tempat wisata kita adalah ruang kelas yang sunyi untuk kita saling bertukar rahasia, lapangan luas untuk kita berbaring menikmati birunya atap dunia, atau perpustakaan saat jam pelajaran kosong untuk melepas dahaga keingintahuan kita yang dalam. Di tempat-tempat itulah kenangan kita tersebar. Merebak seperti taman bunga abstrak yang hanya kita berdua saja yang mampu mencium baunya. Aku meyakini kuncupnya akan selalu mekar selama kita tidak saling lupa.

Tidak terasa ya, sebentar lagi kita berdua sudah sama-sama lulus kuliah.. Selamat menjadi calon ibu dokter ya, Met. Wujudkanlah mimpi kecil kita berdua dulu untuk menjadi dokter yang peduli kepada orang tidak mampu. hehe. Mungkin kamu sudah lupa ya? Menjadi dokter adalah cita-citaku juga, cita-cita kita. Kemudian pada suatu hari kita pernah berjanji untuk sama-sama menjadi dokter. Yang aku inginkan adalah menjadi dokter di pedalaman untuk membantu suku-suku minoritas yang tidak pernah dipedulikan kesehatannya oleh pemerintah. Aku rela kamu mengolokku sebagai orang yang naif demi cita-cita terabaikan itu. Walaupun sejujurnya aku tak pernah mengabaikan.

Maafkan aku yang tidak bisa mendampingimu, Met. Aku menyesal tidak berusaha dengan keras. Pada titik ini aku iri sekali denganmu. Aku iri denganmu yang gigih menepati janji kita. Walaupun kita berdua sempat gagal pada kesempatan pertama, kamu tidak menyerah pada kesempatan selanjutnya. Berbeda denganku yang pasrah dengan takdir yang malas kuubah. Sekali lagi maafkan aku Met.. karena sudah ingkar janji.

Berbicara tentang mimpi, sepertinya kamulah yang pantas mendapat predikat "orang tergigih" diantara kita berdua. Lihatlah, aku menemukan fotomu duduk bersama Raditya Dika di akun facebookmu. Yaah.. lagi-lagi kamu mengalahkanku Met. Sebagai sesama pecinta "Mbip" aku sangat salut dibalut iri denganmu, kawan kecilku. :')

Memet n Raditya Dika
Met, apa kamu masih suka menulis di buku diari? Dulu kita pernah punya buku diari bersama kan? Kita pernah berikrar untuk membuat kenangan pada buku itu. Apa sekarang masih ada? Kamu jahat Met! Kamu menulisnya seorang diri. Kamu tidak pernah memberikan buku itu kepadaku.

Tapi ya sudahlah, tidak apa-apa. Toh saat itu aku juga tidak suka menulis. hehe
Aku ingat kamu pernah menegurku karena tidak pernah menulis sebagai sie mading dalam kepengurusan takmir masjid. Akhirnya mading masjid itu hanya penuh dengan tulisan-tulisanmu seorang.

Kulihat kamu masih suka menulis, Met. Aku suka membaca blogmu. Dari dulu tulisanmu memang sudah bagus menurutku. Apalagi dibandingkan aku, yang pada saat itu tidak bisa membedakan cerpen dengan isi diari. Kamu ingat nilai yang aku dapat untuk tugas membuat cerpen? Aku tidak. Karena otakku menolak untuk mengingat hal-hal yang tidak indah. Yang kuingat adalah kamu saat itu mendapat nilai 95. Hampir sempurna kawan. Bahasa Indonesia memang pelajaran favoritmu. Sekarang tulisan-tulisanmu sudah semakin bernas ya. Kapan mau buat buku? (idem komennya Pepy pada salah satu tulisanmu) :-D

Hei, bagaimana kabarnya Pepy? Apakah dia masih aneh? Aku juga kangen sekali sama dia. hahaha..
Kamu beruntung, Met. Ada seseorang yang selalu baik dan mendukung kamu. Aku lihat di setiap tulisanmu pasti ada komentar dari Pepy. Bukan mengomentari tentang tulisanmu memang, tapi sekedar memberi semangat. Dengan kata-kata yang lucu, dan mampu membuat bibir pembaca mengulum senyum. Manis sekali..
loh.. kok jadi aku yang excited? hehe

yah.. begitulah Met.. Kamu memang beruntung punya Pepy.. Aku tidak pernah menyangka kalian akan bertahan sejak kelas 2 SMA. Tapi aku akui kalian memang serasi. Sama-sama Makhluk Tuhan yang paling aneh.

Nggak kok Met, kalian itu salah satu pasangan yang membuatku lagi-lagi harus berkata iri. :-)
Aku memang tidak tahu bagaimana kehidupanmu bersama Pepy akhir-akhir ini Met. Jarak dan Waktu yang membuat kita hampir tak pernah bertemu untuk hanya saling mengucap "Meeeet..........."
Aku rindu suara cempreng itu. :')
Tapi aku ingin mengamini bahwa kalian berdua masih baik-baik saja dan akan selalu begitu.
Memet n Pepy saat muda dulu
23 Februari. Hari ini kamu berulang tahun ya Met? Selamat ya sayang... Sebenarnya aku benci tidak mengatakannya langsung kepadamu. Tapi lagi-lagi Jarak dan Waktu memegang kuasa penuh atas perpisahan kita. Keluarga dan teman-temanmu pasti sudah banyak memanjatkan doa baik kepadamu. Maka untuk kali ini biarkanlah aku tidak hanya mendoakanmu seorang. Tapi kita. Aku ingin berdoa agar kita selalu menjadi sahabat yang mesra dunia akhirat. Boleh kan, Met?
Selamat ulang tahun My Supermate..

Salam kangen

Your Mate




Mau berbagi rahasia?
Aku masih suka menyanyikan lagunya Gita Gutawa
yang berjudul "Sahabat Kecilku" 
Seperti yang selalu diam-diam kau bisikkan liriknya padaku

Sunday 9 February 2014

yang aku suka

aku suka musim hujan
aku suka dinina bobokkan dengan musik alam yang turun dari langit
aku suka dingin yang merayapi setiap inci pori-poriku
aku suka bulir air yang mencumbu bulu mataku
kemudian merayap turun melewati tulang pipi
akhirnya dia sampai di ujung dagu
setelah itu..
ada bercak gelap pada tanah

aku suka musim kemarau
aku suka memanjat pohon kersen dan merampas cadangan makanan pohon itu
aku suka membawa biting yang ujungnya diberi getah untuk menangkap capung
aku suka menyiram jalan berdebu di depan rumah nenek
aku suka menginjak daun-daun kering yang gugur
kres...kres...kres...
begitu bunyinya

..........

Saya resah, bagaimana meneruskan puisi di atas. Saya tidak sedang dalam mood menulis saat ini. Entahlah, kenapa untuk menjadi konsisten benar-benar membutuhkan perjuangan? Banyak tulisan saya yang tidak selesai, dan pada akhirnya hanya teronggok sebagai draft. Niat untuk meneruskannya selalu ada, tapi tidak pernah terealisasikan. Sepertinya saya harus rajin membaca dulu. Barangkali saya bisa menemukan barisan kata yang saya cari dalam tulisan-tulisan yang saya baca.

Untuk pembaca, yang sabar ya menunggu tulisan saya selanjutnya.. Maklum, penulis lagi galau..
hahaha



salam hangat

maya