Subscribe:

Monday 17 December 2012

malas sekolah


Dua orang anak kecil itu berlarian di depan Masjid Agung Johar, Semarang. Satu per satu orang yang berlalu lalang di sekitar masjid mereka buntuti. Dari jauh terdengar rengekan mereka kepada seorang wanita setengah baya yang hendak masuk ke masjid.

”Buk, minta uangnya buk.. Buat bayar uang sekolah buk..” begitu suaranya.

Anak perempuan yang lebih besar memiliki rambut lurus yang panjang, badan kurus, dan kulit sawo matang. Alifa namanya. Gadis ini lahir di kota Atlas 10 tahun yang lalu. Rumahnya berada di daerah pasar Johar, tepatnya di belakang pos polisi depan Masjid Agung Johar. Ia tinggal bersama bapaknya yang bekerja sebagai kuli angkut barang dan ibunya yang tidak bekerja.

Layaknya seorang pelajar, Alifa yang duduk di kelas 3 SD Al Iman tersebut menghabiskan waktu di sekolah mulai dari pukul 07.00 pagi hingga 12.00 siang. Pulang dari sekolah, ia lantas tidak langsung menunaikan kewajiban belajarnya, melainkan pergi “bekerja” bersama dengan teman-temannya.
Pengemis. Itulah profesi Alifa alih-alih statusnya sebagai pelajar. Pendapatan bapaknya memang pas-pasan. Namun masih bisa membiayai kebutuhan hidup keluarganya dan sekolah Alifa. Lantas, kenapa Alifa mengemis?

“Saya liat ada pengemis tipi-tipi mbak, ya.. saya kepingin dapet uang gitu,” jawabnya polos.

Berbeda dengan Alifa, Lia teman sesama pengemis Alifa tidak bersekolah. Padahal, umur Lia masih 5 tahun. Tapi gadis kecil ini belum merasakan duduk di bangku sekolah. Setiap hari, anak yang tidak bisa baca tulis ini hanya keluyuran di jalan dan mengemis.

Lia tinggal bersama nenek dan pamannya. Ibunya minggat bersama kakek tirinya ke Jakarta. Sedangkan ayahnya yang kerja serabutan tak sanggup untuk mengurus buah hatinya sehingga Lia diserahkan kepada neneknya. Nenek Lia yang tidak bekerja mengandalkan uang hasil ngemis Lia untuk hidup sehari-hari. Pamannya yang masih berumur 10 tahun itupun juga menjadi pengemis seperti keponakannya.

Ari namanya. Dahulu, paman Lia ini pernah mencicipi bangku sekolah walaupun hanya sampai kelas 2 SD. Semenjak ayahnya meninggal dan ibunya yang juga nenek Lia menikah lagi, urusan pendidikan Ari terabaikan. Akhirnya, Ari benar-benar berhenti sekolah ketika ibunya menjanda untuk yang kedua kalinya.

 “Males mbak, lapo sekolah? Ra penting ! (malas mbak, ngapain sekolah? nggak penting !)”, celetuknya ketika ditanya alasannya berhenti sekolah.

Semarang, 8 Desember 2012
(hasil tulisan saat pjtl di Semarang)

Sunday 16 December 2012

sudah saatnya

sudah saatnya aku menengadah
untuk alasan itulah aku menunduk
untuk yang terakhir kali

di sepanjang jalan itu
daun kering masih menjadi favoritku
seperti biasa

lalu aku bertemu lubang-lubang
kucari yang paling dalam
untuk menguburmu

jangan menungguku
galilah kuburanmu sendiri
dan cari aku

atau cari yang lain
karena mungkin sudah saatnya
aku lupa kepadamu