Banyuwangi, 19 April 2013 21:24
Saya ini adalah tipe orang yang
gampang sekali dibikin kagum. Apalagi dengan tulisan seseorang. Ketika membaca
tulisan-tulisan itu, saya suka senyum-senyum sendiri, nangis-nangis sendiri,
marah-marah juga sendiri, tanpa saya sadari. Barisan kata-katanya sungguh
menggugah emosi saya. Akhirnya membuat saya termotivasi untuk bisa menulis
sebaik mereka. :)
Salah satu yang saya suka
membacanya adalah tulisan-tulisan pada blog seorang teman saya. Blognya sederhana,
tidak seramai blog milik pebisnis atau lapak jual beli. Hanya sebuah blog yang
diisi dengan tulisan hati, tapi cukup membuat hati saya merenung. :)
Namanya Andina Ishmah Almira. Akrab
dipanggil Andin atau Ndon atau Teblung, nama yang diberikan kepadanya di UKM
Titik tempatnya merintis bakat. Aneh ya,
cantik-cantik kok namanya Teblung? Ternyata alasannya adalah karena suaranya
yang mirip terompet, akhirnya dia dipanggil Teblung (Saya semakin ndak
nyambung). :)
Saya sudah membaca sebagian
tulisan-tulisannya. Ada tulisan tentang organisasinya, film-film yang pernah ditontonnya, sampai sebuah lirik lagu pun ditulis, dan dia bahkan juga suka curhat di blog seperti saya. Dari semua tulisan-tulisannya yang paling saya suka baca adalah tentang cinta. Karena
itu adalah topik yang sedang saya sukai saat ini. Hahahaha.
Saya menyukai caranya menulis. Kalimat-kalimatnya
mengalir seperti sungai Misisipi. Membuat saya kesulitan menepi untuk berhenti
membaca. (lebay dikit ah… ^^)
Penasaran ya .. sama tulisan-tulisan mbak teblung yang sudah bisa mengklepek-klepekkan hati saya? so, this is it.. liat aja disini ^^
Penasaran ya .. sama tulisan-tulisan mbak teblung yang sudah bisa mengklepek-klepekkan hati saya? so, this is it.. liat aja disini ^^
Membaca tulisannya seolah sedang
melihat film layar lebar 3 dimensi. Saya bisa masuk ke dalam emosinya karena
terbawa suasana. Kisah cinta romantis yang ditulisnya sempat membuat saya
tertegun, karena selama ini saya mengira segala macam kisah kasih-kasihan itu
adanya hanya di layar kaca atau tancap. At least, saya sekarang menyadari bahwa
sinetron itu memang mengadaptasi dari scene-scene kehidupan kita walaupun
kadang dibuat terlalu berlebihan.
Sedikit banyak tulisan teman saya
yang asal Surabaya itu membuat hati saya berpikir dan lebih jujur. Bagaimana
perasaan saya selama ini kepada seseorang bisa dikatakan cinta atau bukan. Selama
ini saya hanya membicarakan perasaan saya, hati saya, dan kebahagiaan saya. Tanpa
pernah membuat hubungan yang sedang saya jalani memiliki makna. Terlebih lagi
saya tidak pernah tau apakah dia saat ini sedang jujur atau tidak kepada saya,
kepada perasaannya.
To be honest, saya sedikit lelah
menjalani segala macam jenis percintaan untuk ukuran anak-anak ini. Dimana
perhatian dilihat dari seberapa sering dia sms atau telepon, sayang diukur dari
seberapa kuat dia mampu berada di sisi kita, dan cinta dinilai dari seberapa
sukses dia memberi kita kebahagiaan. Ketika dekat dia sayang, ketika jauh dia
melayang. Cinta monyet usia remaja yang masih belum bisa memaknai sebuah
pertemuan.
Saat ini umur saya sudah tidak terbilang remaja lagi. Kalau pada jamannya nenek saya, gadis berumur kepala dua sudah dimungkinkan untuk segera menikah. Untung saja saya tidak lahir barengan dengan nenek saya. hehe
Mungkin memang belum saatnya untuk saya menikah, tapi tidak ada salahnya untuk segera berhenti berlayar di arus cinta anak remaja. Beralih ke sungai panjang yang dialiri sebuah ketulusan dan pemahaman tentang komitmen. Menaiki perahu yang kokoh oleh kepercayaan dan penghormatan untuk tidak saling menyakiti. Berbagi ketika cuaca baik, dan saling melindungi ketika badai menerjang.
Ada yang mengatakan bahwa dia yang kuat dan tetap berkomitmen terhadap cintanya meski berjauhan telah dibutakan oleh cinta. Saya tidak setuju. Cinta itu tidak buta, cinta itu memahami.
Saya tidak tahu apa pendapat teman yang saya ceritakan di atas tentang cinta. Saya hanya bisa memahami perasaannya sebagai sesama kaum hawa.
Mungkin memang belum saatnya untuk saya menikah, tapi tidak ada salahnya untuk segera berhenti berlayar di arus cinta anak remaja. Beralih ke sungai panjang yang dialiri sebuah ketulusan dan pemahaman tentang komitmen. Menaiki perahu yang kokoh oleh kepercayaan dan penghormatan untuk tidak saling menyakiti. Berbagi ketika cuaca baik, dan saling melindungi ketika badai menerjang.
Ada yang mengatakan bahwa dia yang kuat dan tetap berkomitmen terhadap cintanya meski berjauhan telah dibutakan oleh cinta. Saya tidak setuju. Cinta itu tidak buta, cinta itu memahami.
Saya tidak tahu apa pendapat teman yang saya ceritakan di atas tentang cinta. Saya hanya bisa memahami perasaannya sebagai sesama kaum hawa.
Kepada teman saya itu
Untuk sudah memberi pemahaman secara tersirat..
Terima kasih ya.... ^^
0 comments:
Post a Comment