Perry Smith menerawang jauh ke seberang ruangan eksekusi. Tatapannya
kosong ketika pendeta membacakan Alkitab untuk didengar terakhir kali olehnya. Lelaki
itu berdiri di atas podium kayu dengan tali gantungan dikalungkan di lehernya.
Tangannya diikat ke belakang, kakinya ditempatkan di atas papan yang bisa
terbuka ke bawah. Ada sekitar 20 orang yang hadir pada saat itu. Matanya
gelisah, mencari seseorang yang barangkali ia kenal. “Apakah ada keluarga yang
datang?” tanyanya pada seorang petugas. “tidak ada”, jawab petugas itu.
“katakan pada keluargaku, aku lupa dengan apa yang ingin
kukatakan. Mereka sudah meninggalkanku.”
Petugas tersebut menutup kepalanya dengan sebuah kain hitam.
Dadanya bergerak naik turun dengan cepat. Nafasnya memburu dan terdengar oleh
semua yang hadir di ruangan itu. Nafas pada detik-detik terakhirnya.
Jdaaag !
Papan tempat kakinya berpijak terbuka ke bawah. Tubuhnya
meluncur turun, bergelantungan dan berputar-putar. Kakinya menendang-nendang. Tubuhnya
mengejang. Kemudian diam. Dia sudah meninggal.
Cerita di atas adalah cuplikan film berjudul “Capote” yang ku
tonton bersama kawan-kawan ALPHA malam sabtu lalu. Kisahnya adalah tentang
seorang penulis yang ingin mengangkat sebuah tragedi pembunuhan sadis di Kansas
untuk dijadikan sebuah buku.
Truman Capote harus melakukan riset mulai dari saksi, pihak
kepolisian, hingga langsung kepada pembunuhnya. Pembunuhan pada keluarga
Clutter dilakukan oleh dua orang, Perry Smith dan Richardo (aku lupa nama
belakangnya). Capote harus berpura-pura ingin membebaskan tersangka agar dia
bisa mendapatkan informasi dari mulut pelakunya langsung.
Bersama dengan seorang teman wanitanya, selama 4 tahun dia bolak-balik ke penjara. Perry dan
Richardo sudah menganggap Truman sebagai seorang teman. Pada awalnya mereka
mengira bahwa Truman ingin menulis buku tentang buruknya pengacara dalam
menangani proses pembebasan mereka. Namun mereka salah besar. Perry mendengar
bahwa Truman telah mengadakan seminar launching buku barunya yang berjudul “In
Cold Blood”. Buku ini berisi tentang dua orang pelaku pembunuhan sadis yang
bernama Perry dan Richardo.
Perry merasa terpukul dan dihianati. Tapi Truman mengelak.
Dia berkata bahwa judul buku itu adalah pilihan publik untuk membuat sensasi
pada bukunya. Truman menyadari bahwa dia hanya memanfaatkan mereka demi ketenaran.
Pada akhirnya Truman berhasil mengorek informasi lengkap tentang kejadian
pembunuhan di malam 14 November 1959 itu. Namun dia tidak berhasil mengeluarkan
Perry dan Richardo dari penjara. Pengacara yang disewa Truman untuk membantu
dua pembunuh sadis itu telah kalah. Kedua tersangka tetap dihukum mati.
Truman berhasil menerbitkan buku terakhirnya yang berjudul
“In Cold Blood”.
0 comments:
Post a Comment