Subscribe:

Wednesday, 1 May 2013

No Tittle

Di ambang pintu itu aku menoleh untuk yang terakhir kali
sebelum aku benar-benar menutupnya
hanya untuk memastikan bahwa matamu sudah tak teduh lagi untukku
perlahan tapi pasti
aku menutup pintu
Kini ruangan itu kosong
hanya ada aku seorang
menerawang dalam gelap
Tertawa
menangis
marah
benci
bahagia
aku berkisah seorang diri
meratapi kepergian seseorang yang tak pernah kumiliki
Aku menuliskan puisi di atas pada sebuah blocknote yang tergeletak di tengah ruang sekretariat ALPHA. Aku lupa kapan tepatnya. Itu sudah lama sekali sepertinya. Hingga aku lupa aku pernah membuatnya.
Sampai pada suatu ketika ada seseorang yang memungutnya, kemudian merobeknya dan menempelkannya pada sebuah buku. Pada buku itu dia menuliskan keinginannya untuk berbagi bersamaku. Manis sekali. :)

Dia adalah seorang pemimpin redaksi di lembaga tempatku bercinta dengan pena. Dia aneh kalau kataku. Kadang suka marah-marah sendiri, suka menyendiri, kadang baiiiiiiik banget, kadang juga perhatiannya kepada orang lain membuatku malu karena tidak bisa seperti dia. Walaupun aku kadang suka dibikin kesal gara-gara kata-katanya yang nylekit, tapi aku tau dia sebenarnya ingin aku lebih baik. Aku memang tidak terlalu dekat dengannya. Aku juga tidak merasa terlalu memahaminya. Tapi aku bisa melihat usahanya untuk membuat kita menjadi lebih dekat. Dia juga suka membuatku tak bisa berkata-kata. Akhirnya hanya bisa mengekspresikan apa yang kurasa lewat tarikan bibir. :)
Untuk itulah aku sangat berterima kasih. :)

Maaf ya, aku memang tidak pandai mengucapkan terima kasih secara langsung.
:* :*

0 comments:

Post a Comment