Subscribe:

Thursday, 22 December 2016

Pulang ke Jember

Aku menghabiskan empat tahun masa kuliahku dengan tiga tahun pacaran dengan satu orang. Selanjutnya aku putus dan menghabiskan satu tahun berikutnya untuk berusaha move on. Hari ini aku kembali ke Jember setelah setahun di Jakarta. Dan rasanya seperti saat pertama kali pergi kencan. Debar di dada itu tak surut-surut bahkan ketika aku sudah beranjak.

Jember masih sama seperti terakhir kali kutinggalkan. Mungkin ada beberapa yang berubah. Seperti perasaan kita berdua. Atau kita bertiga. Bahkan bisa jadi kita semua. Tapi itu tidak penting. Aku tidak mau bermelankoli dengan kenangan kita. Toh kamu sudah mau menikah. Dan kamu tidak ada di Jember. Dan kamu masih tukang PHP. Meski aku masih suka deg-degan kalau ketemu kamu.

"Mbak, sudah tahu kabar terbaru?" kata adik tingkatmu. "Sudah tau dong. Dari orangnya langsung," ujarku. Kabar soal rencana pernikahanmu pasti sudah tersebar. Aku senang kau memberi tahuku secara langsung. Tapi sepertinya aku tidak bisa datang. Karena cutiku sudah habis kuambil bulan ini.

Hari ini sebenarnya aku berharap bisa ketemu kamu. Awalnya kamu adalah satu-satunya orang yang kukabari rencanaku ke Jember. Tapi lalu kamu lenyap. Tak memberiku kabar sampai aku pulang. Akhirnya aku memberi kabar seorang teman yang akhirnya mempertemukanku denganmu yang lain. Yang sepertinya tak pernah mengharapkan pertemuan itu terjadi.

Sampai pulang aku masih berharap ketemu kamu juga. Tapi sepertinya itu keinginan yang terlalu egois mengingat apa yang kulakukan padamu saat terakhir kali kita bertemu.

Aku pulang dalam keadaan luka dan ngantuk. Aku bangun pukul 03.00 WIB dan berangkat pukul 04.00 WIB. Lalu aku pulang setelah tak berhasil menemui entah apa dan siapa.

Kamu benar, rinduku belum tuntas. Dan tak akan pernah lunas. Karena dia terus bertambah setiap hari.

2 comments: