Subscribe:

Thursday, 9 May 2013

Kehilangan HP



Pada tanggal 8 Mei (Selasa) lalu saya kehilangan HP. Saat itu terjadi setelah kuliah saya selesai pukul 14.10. Seingat saya, waktu itu si Samsung galaxy young duos masih ada di tangan dan lalu saya masukkan ke dalam tas. Saya keluar ruangan dan bergegas ke tempat parkir untuk mengambil motor bersama erin. Rencananya saya akan mengantar erin ke Bank BCA berjalan, kemudian fotokopi soal-soal untuk anak-anak les yang saya ajar, dan langsung menuju LBB tempat saya mengajar untuk menyerahkan naskah soal.

Hari itu mobil Bank BCA markir di depan DPR. Saya hanya menunggu di atas motor ketika Erin masuk ke dalam mobil Bank BCA. Saya tidak mengeluarkan HP dari dalam tas. Setelah Erin selesai bertransaksi, kami berdua lantas menuju ke tempat fotokopi Amore. Di tempat fotokopi saya hanya mengeluarkan flasdisk dan dompet. Dari tempat fotokopi, kami bertolak ke LBB (Lembaga Bimbingan Belajar) Ananda 2 di Jalan PB Sudirman. Di LBB, saya hanya menyerahkan soal kepada Bu Luki dan langsung pulang. Pada saat itu saya ingin melihat jam pada HP saya. Saya mencari HP saya di dalam tas. Tapi tidak ada. Di saku? Tidak ada juga. Saya bertanya kepada Erin apakah dia membawa HP saya, dia menjawab, “Nggak May”.

Dengan menggunakan HPnya Erin, saya langsung menelepon Cepi yang pada saat itu masih ada di dalam Gedung Matematika. Saya memintanya untuk melihat apakah HP saya tertinggal di dalam kelas. Ternyata tidak ada juga. Saya dan Erin memutuskan untuk kembali ke tempat fotokopi, barangkali HP saya tertinggal di sana. Saya bertanya kepada mas-mas yang tadi melayani saya apakah ada HP yang tertinggal.”HP? Nggak ada tuh Mbak”, mas-mas itu garuk-garuk kepala.

Akhirnya saya dan Erin kembali ke Gedung Matematika. Saya mencari ke kelas-kelas dan bertanya kepada teman-teman tentang HP saya. Tapi tidak seorang pun tau. Teman-teman mengira kalau saya sedang berulang tahun dan ada seseorang yang mengerjai saya. Saya juga berpikiran ada seseorang yang mengerjai saya walaupun saya tidak sedang berulang tahun. Seperti kejadian saat responsi praktikum Geometri Rancang Bangun jumat lalu. Erin dan Olip bersekongkol menyembunyikan HP saya.

Saya masih tidak percaya HP saya hilang. Saya, Cepi, Mbak Tutut, dan Marsha menelusuri jalanan yang tadi saya lewati. Mungkin saja HP saya jatuh di jalan. Hasilnya nihil. Kami berempat kembali dengan tangan kosong. Berulang kali saya menelepon HP yang baru saja saya belikan baju itu, tapi tidak ada jawaban. Tidak diangkat. Sampai pukul 16.00, akhirnya HP saya tidak aktif.

Ah.. siapa sih ini yang mengerjai saya? Kesal sekali rasanya. Tapi saya tidak sampai nangis walaupun Marsha bilang muka saya pucat sekali. Saya putuskan untuk menunggu hingga esok hari. Saya meminta tolong kepada Pak Sabar untuk menyimpan HP saya kalau menemukannya. Saya juga bilang sama Alit kalau HP saya belum ketemu. Bukannya dihibur, saya malah digoblok-goblokin. :( 

Pikiran saya kalut. Saya tidak bisa berkonsentrasi saat ngelesi malam harinya. Saya masih tidak percaya kalau HP saya hilang. Saya yakin sekali ada seseorang yang sengaja mengerjai saya. Tapi sepertinya tidak ada, karena keesokan harinya semua teman-teman saya heboh mencarikan HP saya. Sepertinya memang tidak ada yang sengaja brrmain-main dengan saya. Akhirnya saya hanya bisa pasrah dan berusaha mengikhlaskan. Mungkin HP itu sudah bukan rejeki saya lagi, dan harus dihibahkan ke orang lain.

Saya sudah tidak terlalu memikirkannya lagi sampai Cepi menyarankan saya untuk bertanya kepada orang pintar. Tapi saya tidak punya kenalan orang pintar yang bisa membantu menemukan HP saya. Akhirnya Endis membantu saya dengan menelepon seorang pintar yang dikenalnya. Saya terkejut sekali ketika orang tersebut mengatakan bahwa yang mengambil HP saya adalah teman sekelas yang pernah bermasalah dengan saya. Dia bukan satu-satunya yang mengetahui keberadaan HP saya. Teman-temannya juga tau bahwa dia mengambil HP saya. Tapi mereka diam.

Saya terpukul sekali. Baru saat itu rasanya saya ingin menangis. Bukan karena HP saya yang diambil, tapi karena ada orang yang melakukan itu terhadap saya. Saya mencoba mengingat orang-orang yang pernah saya sakiti. Banyak. Tapi siapa? Tidak ada seseorang yang saya benci di kelas itu. Saya merasa tidak punya musuh. Walaupun terkadang saya suka bercanda hingga melewati batas, tapi tidak pernah ada yang mengungkapkan kebenciannya terhadap saya. Belum. Sepertinya selama ini saya terlalu cuek, hingga tidak sadar saya sudah melukai seseorang sedemikian dalam.

Ketika saya bercerita kepada Alit, dia malah memarahi saya, “Percuma kamu solat, kalo percaya sama dukun !”. “Emang dukun itu pasti bener ta? Kamu lebih percaya Allah apa dukun?” lalu dia ngomel panjang lebar. Saya hanya diam mendengarkan dia menceramahi saya. Saya tau dia benar.

Ini memang kesalahan saya. Saya yang teledor dan suka sembarangan meletakkan barang-barang saya. Bahkan saya tidak ingat apakah waktu itu HP saya sudah aman di dalam tas atau belum. Perasaan kalut ini juga karena saya mempercayai ucapan seseorang yang katanya pintar itu. Saya merasa bersalah karena lebih mempercayai dukun daripada Tuhan. Hingga akhirnya saya mencurigai salah seorang teman saya.

Andaikan dukun itu memang benar, mungkin ini adalah pelajaran bagi saya. Kejadian ini menjadi lecutan untuk saya agar lebih rendah hati. Lebih berhati-hati dan tidak berlaku sombong. Saya yang selama ini cuek dan tidak peka dengan perasaan orang lain harus lebih belajar tentang memahami dan menghargai. Tuhan yang menciptakan kita berbeda-beda, seharusnya saya menyadari bahwa kecil bagi saya bisa menjadi besar bagi orang lain. Selama ini saya terlalu congkak untuk melihat dan memperhatikan.

Untuk saat ini, saya tidak akan melakukan apa-apa. Saya tidak akan mencari tahu siapa yang mengambil HP saya. Saya takut kalau saya nanti akan membencinya. Saya hanya akan berdoa untuknya. Kalau yang mengambil adalah orang asing, saya doakan HP itu akan menjadi berkah untuknya. Saya anggap itu adalah rejeki untuknya yang diberikan Tuhan melalui saya. Tapi kalau memang benar teman saya yang mengambilnya, saya berdoa semoga Tuhan membukakan pintu hatinya untuk memaafkan saya.

3 comments:

  1. kenapa ketika pertama mengetahui hapenya ilang tidak langsung ditelpon???? <- mungkin kegoblokan yang dimaksud alit,,hehehhee piss
    beli yang baru aja (ngomong emang penak yaa,,hehehe)

    ReplyDelete
  2. sudah di telpon mas budi,, tapi gak diangkat2,, 2 jam lo ditelponnya masih aktif terus,,,

    ReplyDelete
  3. iya mas budi.. stelah saya sadar hp ilang, lgsung saya tlp .. smpek 2 jam lamanya tp gak diangkat..
    setelah itu ndak aktif..
    iya.. beli baru aja.. samean yg belikan ya? :)

    ReplyDelete