Pada tanggal 8 Mei (Selasa) lalu saya kehilangan HP. Saat
itu terjadi setelah kuliah saya selesai pukul 14.10. Seingat saya, waktu itu si
Samsung galaxy young duos masih ada di tangan dan lalu saya masukkan ke dalam
tas. Saya keluar ruangan dan bergegas ke tempat parkir untuk mengambil motor
bersama erin. Rencananya saya akan mengantar erin ke Bank BCA berjalan,
kemudian fotokopi soal-soal untuk anak-anak les yang saya ajar, dan langsung
menuju LBB tempat saya mengajar untuk menyerahkan naskah soal.
Hari itu mobil Bank BCA markir
di depan DPR. Saya hanya menunggu di atas motor ketika Erin masuk ke dalam
mobil Bank BCA. Saya tidak mengeluarkan HP dari dalam tas. Setelah Erin selesai
bertransaksi, kami berdua lantas menuju ke tempat fotokopi Amore. Di tempat
fotokopi saya hanya mengeluarkan flasdisk dan dompet. Dari tempat fotokopi,
kami bertolak ke LBB (Lembaga Bimbingan Belajar) Ananda 2 di Jalan PB Sudirman.
Di LBB, saya hanya menyerahkan soal kepada Bu Luki dan langsung pulang. Pada
saat itu saya ingin melihat jam pada HP saya. Saya mencari HP saya di dalam
tas. Tapi tidak ada. Di saku? Tidak ada juga. Saya bertanya kepada Erin apakah
dia membawa HP saya, dia menjawab, “Nggak May”.
Dengan menggunakan HPnya Erin, saya langsung menelepon Cepi
yang pada saat itu masih ada di dalam Gedung Matematika. Saya memintanya untuk
melihat apakah HP saya tertinggal di dalam kelas. Ternyata tidak ada juga. Saya
dan Erin memutuskan untuk kembali ke tempat fotokopi, barangkali HP saya
tertinggal di sana. Saya bertanya kepada mas-mas yang tadi melayani saya apakah
ada HP yang tertinggal.”HP? Nggak ada tuh Mbak”, mas-mas itu garuk-garuk kepala.
Akhirnya saya dan Erin kembali ke Gedung Matematika. Saya
mencari ke kelas-kelas dan bertanya kepada teman-teman tentang HP saya. Tapi
tidak seorang pun tau. Teman-teman mengira kalau saya sedang berulang tahun dan
ada seseorang yang mengerjai saya. Saya juga berpikiran ada seseorang yang
mengerjai saya walaupun saya tidak sedang berulang tahun. Seperti kejadian saat
responsi praktikum Geometri Rancang Bangun jumat lalu. Erin dan Olip
bersekongkol menyembunyikan HP saya.
Saya masih tidak percaya HP saya hilang. Saya, Cepi, Mbak
Tutut, dan Marsha menelusuri jalanan yang tadi saya lewati. Mungkin saja HP
saya jatuh di jalan. Hasilnya nihil. Kami berempat kembali dengan tangan
kosong. Berulang kali saya menelepon HP yang baru saja saya belikan baju itu,
tapi tidak ada jawaban. Tidak diangkat. Sampai pukul 16.00, akhirnya HP saya
tidak aktif.
Ah.. siapa sih ini yang mengerjai saya? Kesal sekali
rasanya. Tapi saya tidak sampai nangis walaupun Marsha bilang muka saya pucat
sekali. Saya putuskan untuk menunggu hingga esok hari. Saya meminta tolong
kepada Pak Sabar untuk menyimpan HP saya kalau menemukannya. Saya juga bilang
sama Alit kalau HP saya belum ketemu. Bukannya dihibur, saya malah
digoblok-goblokin. :(
Pikiran saya kalut. Saya tidak bisa berkonsentrasi saat
ngelesi malam harinya. Saya masih tidak percaya kalau HP saya hilang. Saya
yakin sekali ada seseorang yang sengaja mengerjai saya. Tapi sepertinya tidak
ada, karena keesokan harinya semua teman-teman saya heboh mencarikan HP saya.
Sepertinya memang tidak ada yang sengaja brrmain-main dengan saya. Akhirnya
saya hanya bisa pasrah dan berusaha mengikhlaskan. Mungkin HP itu sudah bukan
rejeki saya lagi, dan harus dihibahkan ke orang lain.
Saya sudah tidak terlalu memikirkannya lagi sampai Cepi menyarankan
saya untuk bertanya kepada orang pintar. Tapi saya tidak punya kenalan orang
pintar yang bisa membantu menemukan HP saya. Akhirnya Endis membantu saya
dengan menelepon seorang pintar yang dikenalnya. Saya terkejut sekali ketika orang
tersebut mengatakan bahwa yang mengambil HP saya adalah teman sekelas yang
pernah bermasalah dengan saya. Dia bukan satu-satunya yang mengetahui
keberadaan HP saya. Teman-temannya juga tau bahwa dia mengambil HP saya. Tapi
mereka diam.
Saya terpukul sekali. Baru saat itu rasanya saya ingin
menangis. Bukan karena HP saya yang diambil, tapi karena ada orang yang
melakukan itu terhadap saya. Saya mencoba mengingat orang-orang yang pernah
saya sakiti. Banyak. Tapi siapa? Tidak ada seseorang yang saya benci di kelas
itu. Saya merasa tidak punya musuh. Walaupun terkadang saya suka bercanda
hingga melewati batas, tapi tidak pernah ada yang mengungkapkan kebenciannya terhadap
saya. Belum. Sepertinya selama ini saya terlalu cuek, hingga tidak sadar saya
sudah melukai seseorang sedemikian dalam.
Ketika saya bercerita kepada Alit, dia malah memarahi saya,
“Percuma kamu solat, kalo percaya sama dukun !”. “Emang dukun itu pasti bener
ta? Kamu lebih percaya Allah apa dukun?” lalu dia ngomel panjang lebar. Saya
hanya diam mendengarkan dia menceramahi saya. Saya tau dia benar.
Ini memang kesalahan saya. Saya yang teledor dan suka
sembarangan meletakkan barang-barang saya. Bahkan saya tidak ingat apakah waktu
itu HP saya sudah aman di dalam tas atau belum. Perasaan kalut ini juga karena
saya mempercayai ucapan seseorang yang katanya pintar itu. Saya merasa bersalah
karena lebih mempercayai dukun daripada Tuhan. Hingga akhirnya saya mencurigai
salah seorang teman saya.
Andaikan dukun itu memang benar, mungkin ini adalah
pelajaran bagi saya. Kejadian ini menjadi lecutan untuk saya agar lebih rendah
hati. Lebih berhati-hati dan tidak berlaku sombong. Saya yang selama ini cuek
dan tidak peka dengan perasaan orang lain harus lebih belajar tentang memahami
dan menghargai. Tuhan yang menciptakan kita berbeda-beda, seharusnya saya
menyadari bahwa kecil bagi saya bisa menjadi besar bagi orang lain. Selama ini
saya terlalu congkak untuk melihat dan memperhatikan.
Untuk saat ini, saya tidak akan melakukan apa-apa. Saya
tidak akan mencari tahu siapa yang mengambil HP saya. Saya takut kalau saya
nanti akan membencinya. Saya hanya akan berdoa untuknya. Kalau yang mengambil
adalah orang asing, saya doakan HP itu akan menjadi berkah untuknya. Saya
anggap itu adalah rejeki untuknya yang diberikan Tuhan melalui saya. Tapi kalau
memang benar teman saya yang mengambilnya, saya berdoa semoga Tuhan membukakan
pintu hatinya untuk memaafkan saya.
kenapa ketika pertama mengetahui hapenya ilang tidak langsung ditelpon???? <- mungkin kegoblokan yang dimaksud alit,,hehehhee piss
ReplyDeletebeli yang baru aja (ngomong emang penak yaa,,hehehe)
sudah di telpon mas budi,, tapi gak diangkat2,, 2 jam lo ditelponnya masih aktif terus,,,
ReplyDeleteiya mas budi.. stelah saya sadar hp ilang, lgsung saya tlp .. smpek 2 jam lamanya tp gak diangkat..
ReplyDeletesetelah itu ndak aktif..
iya.. beli baru aja.. samean yg belikan ya? :)