Jakarta, 11 Februari 2016
Gerobak bakso malang di belakang puri imperium, Setiabudi, Jakarta
Selatan terlihat sepi pengunjung. Lapak bakso
itu hanya berupa gerobak kecil dengan terpal di atas untuk berteduh dari
panas dan hujan. Bangku panjang tanpa meja terpajang di sisi dalam
gerobak. Nyaris menempel ke dinding pagar besi puri imperium.
Sekitar pukul 17.00 WIB, aku mendatangi gerobak kayu warna merah bata
itu. Seorang laki-laki muda berjalan dari lapak bubur ayam samping
gerobak bakso. Amir namanya. "Dibungkus atau makan sini?" ia bertanya
kepadaku. "Dibungkus mas," jawabku.
Pemuda umur 17 tahun itu cekatan memasukkan tiga butir bakso, satu tahu
putih, satu siomay, dan tiga gorengan. Satu porsi seharga Rp 12 ribu.
Tak lupa ia masukkan saos, kecap, dan sambal. Sebungkus bakso malang
siap dibawa pulang.
Tiba-tiba, dari dalam pagar puri imperium terdengar suara orang
berteriak-teriak. "Woy, kan sudah disuruh pergi! Jangan jual di sini
lagi!" Aku terperangah. Empat laki-laki dari dalam pagar puri mendekat. Raut muka mereka
marah. Kening berkerut-kerut sambil memaki-maki Amir, si penjual bakso
malang.
Abang nasi goreng, abang bubur ayam, hingga abang-abang gojek mendekat
ingin tahu. "Jual bakso tikus itu!" kata Satpam yang dari tadi
marah-marah. Ia jengkel karena merasa ditipu. Sebab selama ini ia sering
jajan bakso di tempat Amir. Dua orang lain mengiyakan bahwa bakso yang
dijual Amir berasal dari daging tikus. "Buktinya ramai di facebook,"
kata mereka.
Bakso dagangan Amir ramai diberitakan sejak seorang pengguna facebook
bernama Nacita Putri Sunoto mengunggah foto bakso yang dibelinya.
Dikutip dari akun facebooknya Nacita mengaku membeli bakso tepat di
belakang puri imperium, Setiabudi. Setelah dibungkus, dia lantas membawa
pulang dan menemukan benda berbulu berwarna hitam dari dalam baksonya.
Setelah diteliti, ternyata benda tersebut merupakan kaki tikus. Masyarakat menuduh bahwa itu bakso yang dijual Amir.
"Tadi kan sudah ada polisi grebek ke sini, kok masih jual?" kata satpam kepada Amir.
Selain menggrebek gerobak Amir, polisi rupanya juga menggrebek rumah pemilik gerobak bakso. Namun, polisi tak menemukan apa-apa. "Sudah dari kemarin
beritanya, ya sudah dibuang alat buktinya," kata salah satu supir
penghuni imperium.
Amir bergeming. Ia tak mau pindah. "Saya nggak salah kok, saya kan hanya
jualan," ujarnya. Gerobak bakso itu adalah milik majikannya, Warino.
Amir mengaku tak tahu menahu soal pembuatan baksonya. Ia hanya yakin bosnya tak mungkin berbuat jahat dengan menjual bakso tikus.
Sudah tiga bulan Amir menjajakan bakso di belakang puri. Banyak yang
berlangganan bakso Amir, terutama penghuni puri. "Bos-bos sini suka
jajan bakso ini," kata satpam. Ia menyayangkan jika sampai rumor yang
beredar itu benar.
Amir mengaku baru pertama kali kejadian seperti ini menimpa dirinya.
"Padahal sebelumnya tidak pernah ada seperti ini," katanya. Ia
mengatakan Warino punya 12 gerobak bakso malang. Semuanya tersebar di
seluruh Jakarta Selatan. Ia pun membolehkanku mengembalikan bakso yang terlanjur dibungkus untukku. "Nggak apa mas, saya bawa saja," ucapku.
Sama seperti pemilik akun facebook bernama Nacita, aku juga membawa
pulang bakso yang dibelinya dari Amir. Saat dibelah, daging bakso
berwarna pink seperti bakso malang pada umumnya. Tak ada kaki tikus yang
ditemukan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment