Harapan Sarah, 70 tahun, untuk bertemu anaknya yang hilang kandas. Di
depan pintu aula Panti Sosial Bina Insan Cipayung, Jakarta Timur, ia
tergugu. Rizal, 39 tahun, anak bungsunya memeluknya. Air matanya pecah
saat diberi tahu kakaknya, Abdul, tak ingin bertemu mereka.
Rina, istri Rizal, matanya merah. Sambil memeluk anak balitanya, ia terduduk
pasrah. "Tolonglah Bu, kasih tau ini ada ibunya," kata Rizal melobi
petugas panti. Petugas panti kebingungan. Sebab yang bersangkutan tak
mau ditemui. Kepada petugas, Abdul menitipkan pesan kepada ibunya untuk
jangan khawatir karena ia baik-baik saja.
Melihat raut keluarga yang tinggal di Condet, Jakarta Timur itu sedih,
petugas merasa iba. Sebab, Sarah sudah dua kali ke sini untuk bertemu
anaknya. Namun, Abdul selalu menolak. Akhirnya petugas kembali masuk ke
aula untuk membujuk Abdul.
Tak lama, petugas keluar dan memberi tahu bahwa Abdul mau ditemui. "Tapi
janji ya Bu, jangan pingsan." Sarah pun masuk ke dalam aula bersama
Rizal. Sementara Rani menunggu di luar bersama putrinya yang tertidur.
Sembari menunggu, Rina bercerita. Kakak iparnya bergabung dengan Gerakan
Fajar Nusantara (Gafatar) sejak di Palu. Ia tinggal di sana sejak
kuliah hingga mendapatkan istri. Sekitar lima tahun lalu, Abdul dan
keluarganya pindah ke Condet, dekat ibunya.
Saat berada di Jakarta, Abdul suka mengajak keluarganya untuk ikut
Gafatar. "Tapi kami masih kuat, nggak ada yang mau ikut," kata Rina.
Abdul kerap menceramahi mereka dan mengenalkan ustadz-ustadz ke
keluarganya.
Hingga pada pertengahan 2015, Abdul pergi tanpa pamit. Ia membawa istri
serta keempat anaknya. Saat dihubungi, ia mengabarkan sudah ada di
Kalimantan. Ia hanya berpesan kepada keluarganya agar tidak khawatir.
Selanjutnya, Abdul mulai hilang timbul. Ia hanya memberi kabar saat ada
butuhnya saja. "Waktu itu masalah perpanjangan STNK." Malam sebelum
pergi, Abdul sempat menitipkan motor ke rumah Rina. "Esoknya tahu-tahu
rumahnya dijual dan dia pergi," kata Rina.
Pada hari Sabtu, tanggal 23 Januari 2016, seorang teman keluarga Rizal
mengirim foto Abdul sedang berbincang dengan Menteri Sosial Khofifah di
Kalimantan Barat. Lalu mereka mendapat informasi bahwa anggota Gafatar
yang berada di sana dipulangkan.
Keluarga Rizal lantas mencari informasi keberadaan kakak dan
keluarganya. Dari siaran berita, mereka memutuskan untuk mencari di
Panti Sosial Bina Insan 2, Ceger, Jakarta Timur. "Kami acak mencari,
tidak tahunya benar ada di sini," ujar Rani.
Setelah 15 menit, Sarah keluar dari dalam aula. Raut wajah nenek bercucu
13 itu cerah, tak seperti saat ia datang tadi. "Saya senang akhirnya
bisa ketemu setelah berbulan-bulan," katanya dengan senyum mengembang.
Namun, ia harus menelan pahit karena ia tak diizinkan membawa pulang
anaknya.
Untuk pulang, mereka harus menunggu keputusan dari pemerintah. Meski
demikian, Rizal merasa lega karena kakaknya mau bertemu dengan mereka.
"Dia bilang jangan khawatir, tunggu ke depannya saja apa kata
pemerintah," kata dia sambil berjalan menuju mobilnya.
*) Tulisan ini terbit di koran Tempo edisi Jumat, 26 Januari 2016.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment