Ketika di gas, mobil tidak melesat maju, tapi malah mundur ke belakang. Gas diinjak lagi. Mobil semakin mundur ke belakang. dan..
BRAAAK..
"Astaghfirullah.." Ibu-ibu di dalam mobil avanza putih merapal doa. Sementara anak-anak muda yang lain berbisik-bisik, "Aku wedi.. (Aku takut)."
Rabu, 1 Januari 2014, Saya dijemput keluarga dari Banyuwangi. Ada Bapak, Ibu, Aldhy, Radit, Budhe Nunuk, Kak Lila, Yasmin, dan Nares. Kami sekeluarga akan pergi ke Papuma. Sebuah pantai di pesisir Jember. Sebelum berangkat Ibu sempat memperingatkan, Tahun baru seperti ini tempat wisata pasti ramai, jalanan juga macet. Tapi Bapak tetap bersikeras. Di keluarga saya memang hanya Bapak yang belum pernah berkunjung ke Papuma. Alhasil Bapak mupeng banget pergi ke sana. Akhirnya dari tempat kos saya, kami berangkat jam 09.30. Perkiraan saya kita akan sampai di tempat tujuan sekitar jam 10.30.
Perjalanan hingga Ambulu lancar. Tidak macet meskipun ramai. Cuaca juga cerah, hanya sedikit mendung. Saya dan tim pecinta air (Aldhy, Radit, Yasmin) sudah siap baju renang (kaos oblong, katok kolor) yang akan dipakai mandi di laut. Sesampainya di Jenggawah, jalan semakin ramai. Makin lama makin banyak pengendara sepeda motor yang beredar di jalanan. Hingga jarak tinggal 3 km dari pantai, akhirnya macet juga.
Jam 12.00 kami masih terjebak macet di tempat yang sama. Di luar panas, untungnya mobil Avanza hasil sewa ini ada AC nya, sehingga kami tidak kepanasan seperti orang-orang di luar sana yang naik motor atau mobilnya hanya memakai AC alami.
Macet yang lama membuat perut saya dan keluarga keroncongan. Akhirnya cemilan yang dibawa dari rumah kami buka. Sambil makan, saya dan Yasmin karaokean. Suara kami sepertinya keras sekali, karena beberapa kali ada orang yang melongok ke dalam kaca mobil untuk mencari tahu. Mungkin mereka penasaran, kok ada suara artis ditengah kemacetan begini. hahaha
Sayang sekali saya duduk di belakang, jadi rupa saya tidak terlalu terlihat. hehehe
Karena bosan makan dan menyanyi, akhirnya kami diam-diaman sambil memperhatikan orang-orang di luar kaca mobil. Di situlah kebiasaan buruk keluarga saya keluar. Awalnya karena model baju yang dipakai Yasmin dan Kak Lila ternyata banyak dipakai orang lain. Kata saya, pasaran. Akhirnya kita mencari berapa banyak orang yang memakai baju dengan model yang sama. Kurang kerjaan? Banget !
Di sela-sela mencari model baju orang, saya menemukan orang-orang lucu dan kemudian saya tertawakan.
Orang-orang lucu versi saya itu adalah orang-orang yang suka berdandan memakai kaca mobil saya, gadis-gadis ber-make up tebal dengan pakaian seksi yang bagian dalamnya terlihat, pria-pria macho yang berdandan ala kangen band, hingga seorang tukang cilok yang keseliliten dan berusaha mengeluarkan selilitnya dengan berkaca pada spion. Itu lucu sekali. hahaha, Astaghfirullah..
Jam 14.00, kami sudah berjalan 1 km dari tempat awal kemacetan. Masih kurang 2 km lagi. Kami mulai was-was. Takut jangan-jangan kita akan sampai di sana saat hari sudah gelap. Yah.. nggak bisa renang dong.. :(
Jam 15.00, akhirnya kami bisa melihat jalan tikungan menuju pantai. Wah.. sudah dekat. Tapi ketika melihat mobil-mobil yang mengular di jalan itu, saya jadi pesimis. Pasalnya ular-ularan itu jalannya seperti siput. Nggremet. Butuh waktu yang lama hingga kita tiba sampai di tikungan. Ketika sampai, yang terjadi adalah kami tidak boleh lewat jalan tersebut. Karena di dalam sudah terlalu padat dan tidak bisa bergerak. Kemudian oleh Pak Polisi yang mengatur jalan di sana kami disuruh lurus melalui jalur menuju Watu Ulo.
BRAAAK..
"Astaghfirullah.." Ibu-ibu di dalam mobil avanza putih merapal doa. Sementara anak-anak muda yang lain berbisik-bisik, "Aku wedi.. (Aku takut)."
Rabu, 1 Januari 2014, Saya dijemput keluarga dari Banyuwangi. Ada Bapak, Ibu, Aldhy, Radit, Budhe Nunuk, Kak Lila, Yasmin, dan Nares. Kami sekeluarga akan pergi ke Papuma. Sebuah pantai di pesisir Jember. Sebelum berangkat Ibu sempat memperingatkan, Tahun baru seperti ini tempat wisata pasti ramai, jalanan juga macet. Tapi Bapak tetap bersikeras. Di keluarga saya memang hanya Bapak yang belum pernah berkunjung ke Papuma. Alhasil Bapak mupeng banget pergi ke sana. Akhirnya dari tempat kos saya, kami berangkat jam 09.30. Perkiraan saya kita akan sampai di tempat tujuan sekitar jam 10.30.
Perjalanan hingga Ambulu lancar. Tidak macet meskipun ramai. Cuaca juga cerah, hanya sedikit mendung. Saya dan tim pecinta air (Aldhy, Radit, Yasmin) sudah siap baju renang (kaos oblong, katok kolor) yang akan dipakai mandi di laut. Sesampainya di Jenggawah, jalan semakin ramai. Makin lama makin banyak pengendara sepeda motor yang beredar di jalanan. Hingga jarak tinggal 3 km dari pantai, akhirnya macet juga.
Jam 12.00 kami masih terjebak macet di tempat yang sama. Di luar panas, untungnya mobil Avanza hasil sewa ini ada AC nya, sehingga kami tidak kepanasan seperti orang-orang di luar sana yang naik motor atau mobilnya hanya memakai AC alami.
Macet yang lama membuat perut saya dan keluarga keroncongan. Akhirnya cemilan yang dibawa dari rumah kami buka. Sambil makan, saya dan Yasmin karaokean. Suara kami sepertinya keras sekali, karena beberapa kali ada orang yang melongok ke dalam kaca mobil untuk mencari tahu. Mungkin mereka penasaran, kok ada suara artis ditengah kemacetan begini. hahaha
Sayang sekali saya duduk di belakang, jadi rupa saya tidak terlalu terlihat. hehehe
Karena bosan makan dan menyanyi, akhirnya kami diam-diaman sambil memperhatikan orang-orang di luar kaca mobil. Di situlah kebiasaan buruk keluarga saya keluar. Awalnya karena model baju yang dipakai Yasmin dan Kak Lila ternyata banyak dipakai orang lain. Kata saya, pasaran. Akhirnya kita mencari berapa banyak orang yang memakai baju dengan model yang sama. Kurang kerjaan? Banget !
Di sela-sela mencari model baju orang, saya menemukan orang-orang lucu dan kemudian saya tertawakan.
Orang-orang lucu versi saya itu adalah orang-orang yang suka berdandan memakai kaca mobil saya, gadis-gadis ber-make up tebal dengan pakaian seksi yang bagian dalamnya terlihat, pria-pria macho yang berdandan ala kangen band, hingga seorang tukang cilok yang keseliliten dan berusaha mengeluarkan selilitnya dengan berkaca pada spion. Itu lucu sekali. hahaha, Astaghfirullah..
Jam 14.00, kami sudah berjalan 1 km dari tempat awal kemacetan. Masih kurang 2 km lagi. Kami mulai was-was. Takut jangan-jangan kita akan sampai di sana saat hari sudah gelap. Yah.. nggak bisa renang dong.. :(
Jam 15.00, akhirnya kami bisa melihat jalan tikungan menuju pantai. Wah.. sudah dekat. Tapi ketika melihat mobil-mobil yang mengular di jalan itu, saya jadi pesimis. Pasalnya ular-ularan itu jalannya seperti siput. Nggremet. Butuh waktu yang lama hingga kita tiba sampai di tikungan. Ketika sampai, yang terjadi adalah kami tidak boleh lewat jalan tersebut. Karena di dalam sudah terlalu padat dan tidak bisa bergerak. Kemudian oleh Pak Polisi yang mengatur jalan di sana kami disuruh lurus melalui jalur menuju Watu Ulo.
0 comments:
Post a Comment