Ujung Ladang,
19 April 2014
#part 1 : Menuju 3676 mdpl
#part 6 : Mendaki Gunung
#part 7 : Badai Pasti Berlalu
#part 8 : Di Dalam Awan
#part 9 : Hal yang Wajib Dilakukan ketika Naik Gunung
Mendaki
gunung, lewati lembah..
Sungai
mengalir indah ke samudra..
Bersama
teman, berpetualang..
Tampaknya
itulah satu-satunya lagu yang mampu mendikripsikan 14 orang keren yang ingin
menaklukan Gunung Arjuno kali ini. Bagaimana tidak, hanya dua orang diantara
kami yang pernah menapak di ketinggian 3339 mdpl gunung ini. Aku naik Gunung
Ijen saja sudah gempor, tiba-tiba sekarang sudah berada dalam perjalanan menuju
puncak gunung terangker di Indonesia ini. Ya, berdasarkan informasi dari
internet, Arjuno adalah gunung paling angker diantara gunung-gunung lain di
Indonesia.
Mitos dari
gunung ini ada banyak. Pertama, gunung ini dulunya adalah gunung yang dijadikan
tempat Arjuna dalam kisah pewayangan untuk bertapa, sehingga bia dibilang kalau
Arjuno adalah gunung yang kramat. Kedua, untuk mencapai puncak, kita akan
melalui alas lali jiwo yang konon katanya akan membuat orang-orang jahat
tersesat dan hilang dalam alas ini. Ketiga, ada sebuah pasar dieng atau pasar
hantu yang berada di pemakaman para pendaki yang meninggal dan dikubur di sana.
Pasar itu akan ramai di malam-malam tertentu saja. Keempat, jika pendaki
mendengar gending pengantin sebaiknya pendaki segera kembali turun, sebab
gending itu mengisyaratkan bahwa bangsa jin yang berada di Arjuno sedang
mencari anak manusia untuk dikawinkan dengan bangsanya, istilahnya “ngunduh
manten”. Banyak yang tidak kembali setelah mengaku mendengar suara gending itu
namun tetap memaksa naik.
Siang itu sebenarnya
cuaca cerah, tetapi rimbun pepohonan menghalangi sinar matahari masuk ke dalam
hutan, kabut juga semakin tebal. Sekitar satu jam berjalan, keadaan masih aman,
kesehatan belum berkurang. Hanya sedikit lelah yang wajar hingga membuat kita
berhenti di titik-titik tertentu. Tampaknya Mamel lah yang paling kelelahan,
carrier yang dibawanya memang luar biasa. Luar biasa menyiksa. Di tambah lagi
dengan medan yang katanya Fian kurang ajar.
Hutan itu
memang masih wingit. Jarang ada orang
yang mau mendaki Arjuno. Berbeda sekali dengan Ijen yang jalannya lebar ataupun
Semeru yang walaupun sempit tapi terlihat mata. Jalan setapak di Arjuno sudah
tertutup oleh semak-semak tinggi di kiri kanannya sehingga tidak terlihat oleh
mata. Kami harus meraba-raba untuk membuka jalan di depan. Banyaknya pohon
tumbang yang melintang di jalan membuat langkah kami terhambat. Jalan yang basah
dan licin juga mempersulit keadaan.
Jalan tertutup semak belukar
meluruskan kaki di lahan yang tidak bersemak |
bukan hanya pohon yang bisa tumbang, kami pun bisa @diatas pohon tumbang |
Tes..tes..
Aduh, hujan. Sial, benar kata Bang Ahim. Arjuno tampaknya sering hujan. Aku
tidak segera memakai jas hujanku. Mungkin ini hanya gerimis, tidak perlu
terlalu khawatir. Firasatku benar, gerimis tidak bertahan lama. Udara kembali
kering, hanya kabut yang masih tebal.
Tiba-tiba
tetes-tetes air yang lebih besar datang, mereka main keroyokan. Aku
kelimpungan, segera membuka carrier untuk mengambil jas hujan. Aku berhasil
memakainya sebelum basah kuyup. Meskipun hujan, perjalanan masih berlanjut.
berjalan di bawah gerimis |
kabut tebal sepanjang jalan |
Jam 12.00
kami sampai di Watu Gede. Kami menyebutnya demikian karena ada batu yang besar
sekali di pojok lahan yang sedikit luas itu. Luasnya cukup untuk membangun tiga
tenda berhimpitan. Langit sudah tidak menangis ketika kami sampai d situ. Kami
memutuskan beristirahat yang lebih lama karena si Mamel minta makan. Akhirnya kita
masak lagi untuk makan siang. Kali ini Mamel sendiri yang memasak untuk kami
semua. Ternyata preman kampus bisa masak juga ya.. hahaha
Sambil
menunggu Mamel masak oseng-oseng dan Rohim masak nasi, aku, Icham, Gobes, dan
Gosong membuat api unggun. Aku dan Icham menghangatkan kaus kaki yang basah
kuyup karena hujan tadi.
Makan siang
siaaap !!! Kami semua mengerumuni masakan Mamel. Hmm… lezat.. Entah itu memang
lezat, atau karena kami begitu lapar dan tidak ada yang lain? Who’s care? Kami merasa senang sudah
sampai sejauh itu.
Mas Penceng : Ditinggal mangan, #akurapopo |
to be continued...
#part 6 : Mendaki Gunung
#part 7 : Badai Pasti Berlalu
#part 8 : Di Dalam Awan
#part 9 : Hal yang Wajib Dilakukan ketika Naik Gunung
Hmm...pnsarn nek km msak gmn... Hhha...
ReplyDeleteAd slogan dr ank PA," jare sopo munggah gunung iku enak ?". . hehe