Subscribe:

Wednesday, 12 June 2013

Papa In Memoriam

Biasanya, ketika ada kerabat kita yang meninggal, kita selalu teringat dengan kenangan yang telah tertoreh. Walaupun kenangan itu sedikit sekali dan hanya menetap sesaat setelah kematiannya. Pada saat itu kita pasti akan membicarakan tentang dia semasa  hidupnya. Jika orang tersebut meninggal karena sakit, ada sesal di hati karena belum sempat menjenguk dan meminta maaf. Jika seseorang itu meninggal karena sesuatu yang bersifat mendadak seperti kecelakaan, rasa tidak percaya itu selalu muncul. Rasanya baru kemarin kita bercanda dan saling mengolok-olok.

Seperti yang terjadi pada malam minggu (8/6/2013) kemarin. Malam itu saya mendapat kabar dari ibu kalau Papa sudah meninggal. Pakdhe Sungging yang biasa ku panggil Papa itu meninggal hari Jumat lalu di Tuban. Tentu saja hal itu sangat mengejutkan saya. Setahu saya Papa tidak pernah sakit, dan pada akhir-akhir ini Papa masih terlihat sehat. Barangkali Papa terkena serangan jantung. Hingga saat ini itulah asumsi kami perihal kematian Papa yang mendadak itu.

Papa adalah suami pertama dari Budhe Titik yang akrab dipanggil Mama. Papa memang sudah lama meninggalkan keluarga kami. Bahkan saya sudah lupa kapan perjumpaan terakhir saya dengan Papa. Saya tidak kenal betul dengan sosok Papa. Saya hanya ingat Papa adalah seorang laki-laki besar dan memiliki brewok yang lebat. Sepertinya saya masih berada di sekolah TK saat Papa bercerai dengan Mama. Entah apa yang membuat Papa meninggalkan Mama serta Mbak Ika dan Mbak Nimas yang saat itu masih berusia anak-anak. Tapi yang saya tahu, Papa masih memiliki cinta kedua anak gadisnya.

Papa kembali muncul ketika saya baru menginjakkan kaki di bangku kuliah di pertengahan tahun 2010. Kemunculan Papa saya ketahui ketika ada orang yang tiba-tiba mengechatt saya di facebook. Laki-laki itu bernama Dhodho Suwiryo yang tidak lain adalah Papa.
awal percakapan saya dengan papa

Semenjak saat itu Papa aktif menampakkan batang hidungnya di depan kami sekeluarga. Walaupun begitu, Papa belum pernah secara langsung bertemu dengan saya. Tapi sepertinya beliau sering bertemu dengan Mama, Mbak Ika, dan Mbak Nimas. 

Di dunia maya, Papa menjadi orang yang sangat berbeda daripada Papa yang dulu saya kenal. Terlihat lebih modis dan berjiwa muda. Keluarga saya menyebutnya "Papa Gaul". Mungkin saya saja yang dulu tidak terlalu mengenal Papa. Seringkali Papa mengajak saya ngobrol via facebook. Basa-basi dan bercanda tentang masa kecil saya yang kata Papa saya adalah gadis yang lucu dan endel. Papa juga sering menanyakan kabar keluarga kami. Terakhir kali Papa ngechatt saya, beliau memberitahu bahwa lebaran besok Papa mau mampir ke Genteng untuk sungkem sama Mbah Uti. Papa juga sempat menawari saya ingin dibawakan oleh-oleh apa.


 chattingan terakhir saya dengan Papa


Sayang sekali, hari ini masih bulan Juni dan kita belum bertemu lebaran Pap..
Janji Papa untuk pulang membawa oleh-oleh dan sungkem sama Mbah Uti semoga menjadi suatu amalan karena Papa sudah memiliki niat baik.
Maya dan keluarga tidak akan menyalahkan Papa karena Papa tidak berencana pulang lebih awal. Kami ikhlas dengan suratan yang tidak memberi kesempatan pada kita untuk bertatap muka.
Jangan berpikir kalau takdir itu kejam ya Pa..
Takdir itu yang membuat kita belajar bahwa hidup itu bukanlah sebuah permainan yang dibuat oleh Tuhan untuk mempermainkan kita sebagai makhluknya yang fana. Itu memang sudah menjadi peraturan dari Sang Khalik untuk kita patuhi. Percaya pada takdir. Takdir memang bisa dirubah oleh manusia, tapi tidak dengan kematian.
Bukan kematian namanya kalau Malaikat Izrail memberi aba-aba kepada kita kapan ia datang. Papa pasti tahu kan kalau umur manusia itu ibarat buah kelapa. Beberapa buah kelapa akan runtuh dari pohonnya ketika sudah tua dan matang. Tapi ada juga buah kelapa yang masih muda namun sudah runtuh mendahului yang tua. Tidak ada jaminan yang tua akan mati sebelum yang muda.
Sudah ya Pa, ikhlaskan saja umur Papa yang mungkin sudah mencapai setengah abad. Lebaran yang kita nanti sebagai waktu pertemuan kita memang sudah hilang ditutup usiamu. Pastinya nanti akan ada waktu lain untuk kita bisa mengobrol secara langsung.

Mungkin kenangan yang pernah kita ukir bersama masih seujung kuku. Tapi potret Papa tidak akan luntur sampai tiba waktu Maya menghadap Sang Pencipta. Maya hanya ingin meminta maaf kalau dulu Maya sering nakal sama Papa.

Selamat menikmati tidur panjang Papa..
Semoga Tuhan selalu berada di sampingmu, dan doa dari kami akan menyelimutimu. Amin.

3 comments:

  1. amin...
    tutur berduka cita..
    semoga amal ibadahnya diterima..

    ReplyDelete
  2. Takdir memang bisa dirubah oleh manusia, tapi tidak dengan kematian. -like this

    turut berduka..

    ReplyDelete
  3. terima kasih teman-teman.. :)

    ReplyDelete