Tapi Rini
memaksa. Kedua negara yang rebutan proyek pun tidak peduli dengan masukan
pribumi. Mereka terus berkompetisi untuk memenangkan tender. Hingga akhirnya
saudara tua kita harus kalah. Riset yang dilakukan Jepang selama bertahun-tahun
digagalkan Cina yang hanya melakukan riset selama tiga bulan saja.
Entah
bagaimana prosesnya, Presiden Jokowi yang semula tidak setuju kini pasrah. Ia
hanya berpesan agar pembangunan kereta cepat ini tidak menggunakan anggaran
negara. Rini setuju. Lalu ia bangun konsorsium dari empat BUMN untuk membangun
kereta cepat pertama di Asia Tenggara ini. Tak ada yang mendebat lagi. Bahkan
Ahok pun mengaku takut pada Ibu menteri kita tercinta.
Rini lalu
sibuk mencari utangan untuk bangun proyek ini. Akhirnya, Ibu Menteri kita yang
berkuasa itu mendapat utang dari Bank Cina dengan menggadaikan tiga Bank besar kita
untuk menjadi penjaminnya. Pembayarannya diangsur selama 40 tahun, kata dia.
Saya heran,
kenapa Ibu Rini begitu ngotot ingin bangun kereta cepat. Sebagai public figure,
dia termasuk orang yang sangat tidak transparan. Saya lelah harus main
kejar-kejaran terus dengan dia hanya untuk mengajukan satu pertanyaan saja. Seberapa
penting Jakarta – Bandung harus punya kereta cepat?
Sampai suatu
hari, saya mendapat rekaman suara Ibu Menteri saat memberikan sambutan di suatu
acara di Bandung. Dalam rekaman itu ia mengatakan, “Kita harus bermimpi besar.”
Rini mengucapkan cita-citanya untuk menjadikan Indonesia sebagai negara pemasok
produk perkeretaapian.
Andai saya
bukan wartawan, barangkali saya akan melihat apa yang dilakukan menteri Rini
itu adalah murni sebuah mimpinya untuk bangsa ini. Saya akan dukung habis-habisan
selama itu memang ditujukan untuk kepentingan umat Indonesia. Namun saya sedih
menyadari bahwa kini saya punya pikiran, jangan-jangan dia hanya ingin mencari
untung.
Dan sayangnya,
kehidupan telah membuat rakyat ini sangat realistis. Belum mulai digarap saja,
banyak yang mempertanyakan. Bagaimana kalau rugi? Apakah BUMN sanggup
menanggung sendiri tanpa bantuan pemerintah?
Untungnya
Jokowi pintar. Dia tidak mau menanggung resiko kerugian dengan tidak memberikan
anggaran negara untuk proyek ini. Hal ini sedikit banyak membuat lega pejabat
lain karena tidak akan ikut pusing menanggung resiko yang buruk.
Terus
terang, saya tidak tau seberapa besar resiko terburuk yang akan menimpa BUMN. Saya
bukan menteri BUMN, juga bukan analis ekonomi bisnis. Lepas apakah caranya
tepat atau tidak, Rini adalah menteri yang kuat dan keras kepala. Hingga akhir,
mimpinya tak luntur meski minim pendukung.